BERITA

Mengenal Lebih Jauh Tentang Alzheimer & Dimensia

Mengenal Lebih Jauh Tentang Alzheimer & Dimensia

KBR, Jakarta - Setiap 21 September, dunia memperingati Hari Alzheimer Sedunia. Hingga kini sudah banyak penelitian mencoba membedah penyakit satu ini.

Tapi apakah sebenarnya alzheimer dan dimensia itu?

"Dimensia adalah suatu proses penurunan fungsi kognitif atau daya ingat yang terjadi pada usia lansia. Dimensia paling sering disebabkan oleh alzheimer dengan presentasi sebesar 60-70 persen," kata dr. Profitasari Kusumaningrum, SpKJ dari Departemen Psikiatri FKUI-RSCM.

Dr Profitasari merupakan salah satu relawan Alzheimer Indonesia. Ia bercerita tentang Alzheimer dalam program talkshow Ruang Publik KBR, Kamis (6/9/2018).

Penyakit alzheimer bisa disebabkan dua faktor. Faktor pertama adalah faktor genetik. Ini yang menyebabkan adanya penderita alzheimer masih berusia muda. Sedangkan faktor kedua disebabkan penumpukan radikal bebas, sehingga bahaya alzheimer mengintai orang-orang yang menderita penyakit metabolik seperti diabetes melitus, kolesterol, dan hipertensi.

Menurut dr. Profitasari, penderita alzheimer hampir bisa dipastikan akan terkena dimensia setelahnya. Ia menyebut dimensia adalah manifestasi dari penyakit alzheimer.

Dimensia bisa diibaratkan seperti payung besar yang di dalamnya memilki beberapa penyebab. Paling sering memang disebabkan oleh alzheimer dan stroke. Namun beberapa penyebab lain juga disebabkan karena proses degeneratif. Artinya, ada penumpukan protein yang tidak normal di otak sehingga menghambat fungsi otak.

Bagian tubuh mana yang diserang oleh alzheimer pertama kali?

Dr. Profitasari mengatakan bagian otak yang bernama Hipokampus adalah tempat pertama yang diserang paling awal oleh alzheimer.

"Hipokampus adalah bagian otak yang memproses penyimpanan memori. Jadi yang terganggu adalah bagian penyimpanan memori yang baru. Namun, untuk ke depannya alzheimer akan menyerang memori otak lainnya," kata Profitasari.

Mulai berkurangnya daya ingat seseorang tidak serta merta disimpulkan bahwa orang tersebut terkena alzheimer atau dimensia. Profitasari mengatakan penderita dimensia setidaknya harus mencakup minimal 4 gangguan kognitif.

Ia mencontohkan penderita dimensia akan mengalami kesulitan menggunakan pekerjaan dengan tangan, seperti menulis. Penderia juga kesulitan menyebutkan nama benda, bahkan kesulitan dalam menghitung.

"Biasanya dimensia bersifat kronik progresif. Ia akan menyerang perlahan-lahan dan akan semakin mundur," katanya.

Menumbuhkan Awareness Terhadap Alzheimer Lewat ALZI

"ALZI atau Alzheimer Indonesia adalah sebuah yayasan non profit yang berdiri sejak 2013. Misi kita adalah untuk meningkatkan kualitas hidup orang-orang dengan penyakit alzheimer serta para keluarganya," kata Imelda Theresia, Tim Eksekutif Alzheimer Indonesia, di program Ruang Publik KBR (6/9/2018).

Imelda mengatakan saat ini masih banyak orang bingung ketika salah satu anggota keluarganya menderita alzheimer. Untuk itu kegiatan-kegiatan yang mereka buat didesain untuk menjadi sarana edukasi bagi masyarakat umum dalam menghadapi penderita alzheimer.

"Tiap bulan, setiap Sabtu di pekan pertama, kami rutin mengadakan care-giver meeting. Suatu wadah untuk saling bertukar informasi dalam menghadapi orang-orang yang terkena alzheimer dan dimensia," kata Imelda.

Setiap orang bisa mengikuti pertemuan itu, atau bergabung dengan ALZI. Terutama orang yang cocern dan ingin mengetahui lebih dalam terhadap masalah alzheimer.

Namun, Imelda menyebut target ALZI adalah para generasi muda. Ia ingin para anak-anak muda ini mulai peka terhadap penyakit alzheimer dan dimensia.

Apalagi, hingga sekarang para ahli kesehatan belum menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit. Ini membuat ALZI giat menumbuhkan pola hidup sehat bagi generasi muda sebagai investasi mereka di masa tua nanti.

Masalah galau atau depresi yang kerap menimpa kehidupan para generasi muda juga menjadi perhatian dr. Profitasari. Ia mengatakan depresi yang tak tertangani adalah pintu masuk dari dimensia.

"Depresi itu kan secara tidak langsung merusak otak kita. Ketika depresi ada faktor-faktor penting pertumbuhan otak yang terganggu. Dalam dimensia, hal tersebut dikenal dengan istilah pseudo dimensia. Jika depresi tidak ditangani dengan serius, pada akhirnya akan terkena dimensia betulan," jelas dr. Profitasari.

Editor: Agus Luqman


  • dimensia
  • alzheimer
  • kesehatan
  • ALZI

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!