OPINI

Jangan Tertipu Lagi

Zumi Zola tersangka korupsi

Setelah Malang, kini Jambi. Kebobrokan itu telanjang di depan mata. Sungguh pedih membayangkan bagaimana uang rakyat - uang kita - seenak-enaknya dipakai untuk kepentingan partai dan pribadi. Misalnya untuk umroh Gubernur nonaktif Jambi, Zumi Zola dan keluarga. Apa yang ada di kepala dia ketika beribadah menghadap Tuhan dengan memakai uang hasil korupsi? Uang juga digunakan untuk biaya pencalonan adik Zumi Zola yang maju sebagai Walikota Jambi. Bagaimana rasanya menapaki jalan masa depan sebagai pejabat publik dengan uang yang dicuri dari rakyat?

Tidak terbayangkan bagaimana cara berpikir para koruptor ini. Mengambil sesuatu yang jelas-jelas bukan miliknya saja sudah salah. Apalagi jika dilakukan para pejabat publik yang seharusnya mengemban amanat dari rakyat. Kita, sebagai rakyat yang uangnya dicuri, mesti paham betul apa dampak korupsi ini bagi kehidupan kita. Uang yang seharusnya dipakai untuk membangun bangunan sekolah yang berkualitas prima bisa-bisa hanya cukup untuk membuat bangunan bobrok. Dan ini artinya mengabaikan keselamatan dan pendidikan anak-anak. Korupsi bukan sesuatu yang terjadi ‘jauh di sana’ atau ‘hanya di kalangan pejabat’. Korupsi punya dampak yang nyata bagi kehidupan kita.

Kandidat pejabat publik yang muda, macam Zumi Zola, sempat membuat kita berharap banyak. Bahwa mereka bersih, tak punya kaitan dengan pejabat sebelumnya, lebih berpihak kepada rakyat — tapi nyatanya kita melulu dikecewakan. Karena ini masuk tahun politik, semua kandidat pejabat publik berlomba memasang wajah mereka yang terbaik. Karena itu kita mesti betul-betul jadi rakyat yang pintar; menuntut program yang jelas dan emoh dibohongi. Tertanda, rakyat yang uangnya tak mau lagi dicuri. 

  • Zumi Zola
  • pejabat korupsi
  • Gubernur Jambi
  • tahun politik

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!