BERITA

Sri Mulyani: Tebusan Tax Amnesty Indonesia Terbesar di Dunia

Sri Mulyani: Tebusan Tax Amnesty Indonesia Terbesar di Dunia



KBR, Jakarta- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut realisasi uang tebusan program pengampunan pajak atau tax amnesty di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Sri mengatakan, apabila dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB), perolehan dana tebusan Indonesia sudah mencapai 0,65 persen atau Rp 87 triliun pada tadi pagi.

Negara lain yang menjadi pelaksana program tax amnesty dengan tebusan terbesar sebelumnya adalah Chile yang nilainya 0,62 persen dari PDB, sepanjang program berlangsung.

"Kalau kita mencoba membandingkan jumlah uang tebusan yang sampai hari ini telah dikumpulkan melalui SPH dibandingkan dengan program amensti pajak di negara lain, Indonesia dengan jumlah uang tebusan pagi hari ini, Rp 87 triliun, 0,65 persen dari PDB, ini adalah yang tertinggi, dan yang berikutnya adalah Chile 0,62 persen dari PDB," kata Sri di Gedung DPR, Kamis (29/09/16).


Sri berkata, setelah Chile, negara lain yang menjalankan tax amnesty, perolehannya dibanding PDB semakin rendah dibanding PDB, misalnya India yang hanya 0,58 persen, Afrika Selatan 0,17 persen, Australia 0,04 persen, Spanyol 0,12 persen, dan Belgia 0,15 persen. Sri berkata, pendapatan tebusan Indonesia bisa semakin tinggi, karena saat ini program itu masih berjalan.


Sri berkata, beberapa hari belakangan ini, dana yang direpatriasi dan penerimaan negara melalui tebusan sudah meningkat tajam. Dia menyebutkan, hingga hari ini pukul 18.00, harta yang dideklarasikan senilai Rp 3.032 triliun, yang Rp 124 triliun di antaranya sudah direpatriasi. Adapun tarif tebusan berdasarkan surat setoran pajak, yang menjadi penerimaan negara senilai Rp 91,9 triliun.


Editor: Rony Sitanggang

  • tax amnesty
  • Menteri Keuangan Sri Mulyani
  • produk domestik bruto (PDB)

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!