OPINI

Keterampilan Menghadapi Bencana

Pasien dievakuasi ke parkiran rumah sakit Kota Mataram pascagempa bumi berkekuatan 7 skala richter (

Semalam Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan peringatan dini tsunami berakhir pasca gempa 7 skala Richter di Lombok. Peringatan dini ini sebelumnya keluar karena gempa berkekuatan 7 skala Richter dengan kedalaman kurang dari 20 kilometer. Begitu peringatan dini dinyataka berakhir, semua lega. Sebab bencana sebesar tsunami sudah pasti akan sangat mengganggu kehidupan warga. 

Tapi berakhirnya peringatan dini tak boleh membuat pertahanan kendur. Kita masih ingat, akhir Juli lalu, Lombok juga diguncang gempa; terasa sampai ke Bali dan Sumbawa. BMKG saat itu mencatat ada 300 kali gempa susulan. Indonesia memang berada pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng Pasifik - lempeng tektonik paling aktif di dunia. Zona ini menyumbang sebagian besar gempa di bumi dan semuanya adalah gempa yang besar. Tahun ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana memperkirakan bakal terjadi 500 gempa setiap bulan sepanjang tahun. Kapan dan di mana gempa itu bakal terjadi, tak ada yang tahu.

Ingatan buruk akan tsunami Aceh dan Nias pada 2004, di Pangandaran pada 2006 dan di Kepulauan Mentawai pada 2010 adalah pelajaran besar dan sangat berharga. Kini semua orang rasanya sudah tahu bahwa pergi ke tempat yang tinggi jadi salah satu cara menyelamatkan diri dari bencana tsunami. Lebih dari itu, tentu butuh sosialisasi lagi dan juga kesiapan dari setiap warga dan pemerintah daerah setempat. Plang tanda evakuasi, misalnya, tak boleh sekadar ada, tapi harus juga edukasi dan sosialisasi terus menerus bagi semua orang. 

Soal bencana, Indonesia memang tak kekurangan. Kondisi ini jangan membuat gentar, tapi justru memicu kita semua untuk punya keterampilan dasar yang kuat dalam menghadapi bencana. 

  • peringatan dini tsunami
  • gempa lombok
  • BMKG

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!