OPINI

Keroyok

Menko Polhukam Wiranto dan Jakgung Australia

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengajak lima negara untuk bersama-sama mengeroyok ISIS yang menguasai kota Marawi di Filipina. Negara yang diajak adalah Australia, Malaysia, Selandia Baru, Brunei dan Filipina. Menurut Wiranto, ISIS tengah memindahkan pusat kekuatan di Suriah yang tengah mendapat gempuran pasukan dari berbagai negara. Asia lantas menjadi salah satu sasaran penguatan basis ISIS.  

Permintaan Wiranto itu disampaikan dalam pertemuan sub-regional terorisme lintas negara di Manado, Sulawesi Utara pada akhir pekan lalu. Tak jelas benar bagaimana respon negara-negara itu atas ajakan Wiranto. Situs kantor Menkopolhukam menyebutkan negara-negara peserta sepakat meningkatkan kerjasama. Juga meningkatkan program deradikalisasi dan menanggulangi propaganda dari kelompok teroris. Tak ada keterangan resmi tentang ajakan 'pengeroyokan'.


Menghadapi meluasnya aksi terorisme lintas batas, memang dibutuhkan kerja sama antarnegara. Tentu bukan dengan pengeroyokan lewat pengerahan pasukan tempur ke kota  Marawi. Langkah itu baru dimungkinkan bila memang tuan rumah membutuhkan dan mengajukan permintaan tersebut kepada jiran. Memaksa masuk dan mengeroyok bisa dituding melanggar kedaulatan negara lain.


Saat ini yang dibutuhkan adalah kerja sama yang lebih intens melalui pertukaran informasi. Masing-masing negara juga mesti mencegah keluar masuknya simpatisan ISIS itu. Penguatan ke dalam masing-masing negara diperlukan untuk memastikan ideologi kekerasan itu tidak beranakpinak dan memperluas jaring pengikut. Sedari dini mengeliminasi benih terorisme jauh lebih mendesak daripada mengerahkan pasukan dari 5 negara untuk menyerbu ISIS di Marawi. 

  • ancaman terorisme
  • ISIS
  • Menkopolhukam Wiranto
  • Marawi
  • terorisme lintas negara

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!