HEADLINE

Kerusuhan Tanjungbalai, Presiden Jokowi: Mayoritas Harus Mengayomi yang Minoritas

""Saya kira kita semuanya harus belajar dari sini bahwa semuanya harus mengayomi. Yang mayoritas mengayomi yang minoritas, yang minoritas juga saling bertoleransi.""

Kerusuhan Tanjungbalai, Presiden Jokowi: Mayoritas Harus Mengayomi yang Minoritas
Presiden Joko Widodo menerima Dubes di Istana Negara, Jakarta. Foto: ANTARA



KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo memerintahkan Kepolri Tito Karnavian turun tangan menuntaskan insiden kerusuhan yang berujung pembakaran wihara dan klenteng di Tanjungbalai, Sumatera Utara, Sabtu pekan lalu. Dia juga meminta Tito, menangkap dan menindak tegas pelaku kerusuhan.

"Tegas saya sampaikan pemerintah akan menindak tegas semua yang bertindak anarkistis. Termasuk di dalamnya main hakim sendiri. Karena masalah SARA adalah negara kita ini harus betul-betul kita tiadakan," ujar Presiden Jokowi kepada wartawan usai membuka acara pameran lukisan Istana di Galeri Nasional, Jakarta (1/8/2016).


Selain itu, kata dia, koordinasi antar-tokoh kedua kelompok masyarakat harus terus dilakukan. Dengan begitu, kejadian serupa tidak akan terjadi lagi di kemudian hari.


"Saya kira kita semuanya harus belajar dari sini bahwa semuanya harus mengayomi. Yang mayoritas mengayomi yang minoritas, yang minoritas juga saling bertoleransi karena kita ini kekuatan kita ini adalah keberagaman, kekuatan kita ini adalah perbedaan, kekuatan kita ada disitu. Sudah ketemu-ketemu, mudah-mudahan gak ada masalah setelah ini," ujarnya.


Sementara itu, Polres Tanjungbalai Minggu (31/7/2016), menangkap empat tersangka pelaku kerusuhan berujung pembakaran wihara dan kelenteng di Tanjungbalai, Sumatera Utara, Jumat (29/7/2016) malam lalu. Dengan begitu, hingga saat ini sudah 11 tersangka kerusuhan ditangkap polisi.


Kapolri Tito Karnavian mengatakan, tujuh di antaranya diduga menjarah saat peristiwa pembakaran dan perusakan sejumlah biara dan kelenteng di Tanjungbalai.


"Duanya lagi tertangkap kamera CCTV saat melakukan kekerasan pada saat peristiwa terjadi,"  jelas Tito (31/7/2016).


Tito Karnavian menambahkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan TNI untuk menambah personel di beberapa titik wilayah yang berpotensi terjadinya konflik susulan.


"Nah ini sampai dengan hari Sabtu pagi, situasi sudah terkendali. Jadi sampai Sabtu dini hari sudah terkendali. Kemarin juga tokoh-tokoh masyarakat buat kesepakatan untuk menjaga ketertiban di Tanjungbalai," ujarnya.


Dia menambahkan, pertemuan bersama pimpinan tokoh masyarakat dan pemerintah daerah juga dilakukan untuk mendinginkan suasana. Kata dia, pertemuan tersebut dipimpin langsung oleh dirinya dengan dihadiri Gubernur Sumatera Utara, Wali Kota Tanjung Balai, serta aparat keamanan dan tokoh masyarakat setempat.


Baca juga:


Selesaikan Kasus Tanjungbalai, Polri Gandeng Kominfo

Pasca Rusuh di Tanjung Balai, Warga Tionghoa Masih Ketakutan

Kerusuhan Tanjung Balai, SETARA: Pemerintah Harus Ungkap Aktor Penggerak



Penyebab Kerusuhan


Kapolres Tanjung Balai Ayep Wahyu Gunawan mengatakan, kerusuhan bermula dari seorang warga keturunan Tionghoa berinisial M yang meminta jemaah masjid mengecilkan pengeras suara. Kata dia, rumah warga tersebut berhadapan dengan masjid sehingga merasa terganggu.


"Sebetulnya dia hanya menyampaikan karena dia rumahnya berdepan-depanan dengan masjid," kata Ayep ketika dihubungi KBR, Sabtu (30/7/2016).


Protes tersebut berbuntut panjang dan sempat terjadi perselisihan antara jemaah masjid dan M.


Kondisi makin memuncak dengan tersebarnya informasi provokatif melalui pesan berantai dan media sosial. Hal ini menyulut kemarahan dari umat Islam di Tanjung Balai. Mereka membakar dan merusak tempat ibadah umat Budha.




Editor: Quinawaty 

  • kerusuhan tanjungbalai
  • pembakaran wihara
  • pembakaran klenteng
  • Presiden Jokowi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!