BERITA

Gubernur Jateng Ajak Dialog Aktivis Penolak Pembangkit Listrik Panas Bumi Banyumas

Gubernur Jateng Ajak Dialog Aktivis Penolak Pembangkit Listrik Panas Bumi Banyumas

KBR, Purwokerto – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bakal mengajak bicara aktivis lingkungan yang menolak dan menuntut pencabutan izin Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden di lereng selatan Gunung Slamet.

Ganjar mengatakan adanya penolakan dari masyarakat itu terjadi karena mampetnya kran informasi dan komunikasi antara pemangku kepentingan dengan masyarakat dan para aktivis. Padahal, kata Ganjar, proyek listrik tenaga geothermal atau panas bumi Baturaden sudah dicanangkan sejak 2011 lalu.


Dialog, kata Ganjar, diperlukan agar masyarakat memahami tujuan pendirian PLTP sebagai bagian dari proyek percepatan pembangkit listrik 10 ribu megawat yang sekian lama mangkrak lantaran terlibas proyek listrik 35 ribu megawat.


Ia berpendapat Pembangkit Listrik Panas Bumi merupakan pilihan diantara beberapa proyek pembangkit lain, seperti energi fosil, nuklir dan energi lainnya. Jika terjadi dampak negatif, kata Ganjar, maka aktivis akan diajak berbicara solusinya.


"Ya kita perlu jelaskan dulu saja, apa manfaatnya, apa dampaknya, dampaknya seberapa besar. Saya kira masyarakat memang perlu diajak bicara. Ini kan sebenarnya bagian dari proyek 10 ribu megawatt yang nggak jalan-jalan karena terlibas proyek 35 ribu mega watt. Sebenarnya yang perlu dilakukan adalah ajaklah bicara. Ajaklah bicara aktivis lingkungan," kata Ganjar Pranowo saat berkunjung ke Purwokerto, Rabu (19/7/2017).


Ganjar yakin jika aktivis lingkungan diajak memilih teknologi paling bersih, seperti nuklir, justru aktivis dan masyarakat akan semakin khawatir. Begitu pula dengan energi fosil yang amat mencemari lingkungan dan menyumbang pemanasan global.


"Energi yang paling bersih itu apa sih? Apa kita mau ke nuklir? Aktivisnya diajak ngobrol dong. Kalau kita tidak punya energi, kita ke nuklir saja yuk. Misalnya. Saya yakin hipotesis ini akan dijawab pasti takut dan tidak mau. Apa kita akan memakai solar, fosil? Mau? Tidak ada yang mau," tambah Ganjar.


Baca juga:


Mengenai pilihan mengapa menggunakan energi panas bumi dibanding sumber energi lain, Ganjar mengatakan saat ini di Indonesia belum ada yang berhasil mengaplikasikan sumber energi ramah lingkungan seperti tenaga surya dan tenaga angin dalam skala besar. Namun begitu, kata Ganjar, di masa mendatang energi terbarukan dan ramah lingkungan memang akan menjadi pilihan utama.


Saat ditanya apakah PLTP termasuk energi ramah lingkungan dan baik, Ganjar enggan berkomentar.


Saat ini ratusan aktivis dan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Selamatkan Slamet menuntut pemerintah mencabut izin pembangunan PLTP Baturraden. Mereka menganggap PLTP mengancam hutan lindung dan sumber penghidupan masyarakat di daerah penyangga sekitarnya.


Kalangan aktivis menilai dampak paling kelihatan adalah keruhnya air Sungai Prukut pada periode November hingga Februari lalu. Keruhnya air itu menyebabkan ratusan masyarakat di Cilongok Banyumas mengalami krisis air bersih, mulai untuk keperluan rumah tangga, perikanan, peternakan, hingga  industri kecil.


Aliansi Selamatkan Slamet juga mencatat hewan-hewan di lereng Gunung Slamet lebih kerap turun ke lahan pertanian warga, seperti babi hutan dan kera. Hal itu, menurut mereka, sebagai tanda bahwa habitat mereka sudah terganggu proyek PLTP yang kini masih tahap eksplorasi ini.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • Energi Geothermal
  • PLTP Baturaden
  • panas bumi
  • energi panas bumi
  • proyek listrik 35 ribu megawatt
  • proyek listrik 10 ribu megawat
  • Ganjar Pranowo

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!