SAGA

[SAGA] Kampung Pelangi yang Digemari Pencari Selfie

[SAGA] Kampung Pelangi yang Digemari Pencari Selfie

KBR, Jakarta - Sore di Kampung Pelangi, Semarang, atmosfer ceria begitu terasa. Kuning, hijau, merah muda, biru, ungu, merah, mewarnai rumah-rumah warga juga jembatan di kampung itu. Dan, saking menyoloknya Kampung Pelangi, saban akhir pekan disambangi muda-mudi. Tujuannya satu; berfoto untuk kemudian diunggah ke media sosial.

Yunianingsih –warga Kampung Pelangi, menenteng wadah besar berisi selendang satin warna-warni. Kepada pelancong ia menawarkan untuk dipakai sebagai hiasan. Kata Yuni, selendang ini merupakan inisatif ibu-ibu di RTnya sebagai simbol penyambutan. Pengadaannya pun secara swadaya –menggunakan kocek pribadi. Selain selendang, ada topi dan payung.


Yuni pun sangat senang kampungnya dilirik pelancong lokal dan mancanegara. "Ini terutama saya dan tiga ibu ini yang paling heboh. Kemarin sampai menyambut-nyambut tamu dari luar juga, meskipun bahasa Inggris kita masih amburadul, berantakan," kata Yuli sembari tertawa.


Maja dan Riris –mahasiswa rantauan dari Sumatera Utara yang sedang belajar di Semarang. Keduanya mampir ke sini karena tergiur melihat di media sosial. "Lihat di sosmed, Instagram, jadi mampir ke sini sekalian. Suka foto-foto di sini. Bagus," sahut Maja dan Riris.


Ada pula Intan Merinda asal Batang. Ia sengaja mampir ke Kampung Pelangi karena kebetulan tengah berlibur ke Semarang bersama teman-temannya. "Enggak sengaja lewat, terus mampir ke sini. Yasudah foto-foto sama teman-teman," ujar Intan.


Ketenaran Kampung Pelangi memang sudah tak diragukan. Selain pelancong mancanegara yang mampir, media internasional juga pernah menulis kisahnya.


Dan, hal itu menurut Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kota Semarang, Nik Sutiyani, tak disangka. Sebab mulanya, penataan kampung ini hanya bagian dari program revitalsiasi Pasar Bunga Kalisari. "Saya juga enggak mengira akan menarik banyak orang untuk datang. Hanya dengan Instagram, kok sudah mendunia," tuturnya.


Kata Nik, program penataan Kampung Pelangi menelan anggaran Rp3 miliar. Tapi pengecatan kampungnya tanpa biaya lantaran ditanggung perusahaan alias dana CSR. Dengan dicat warna-warni, pemda pun berharap kawasan padat penduduk jadi lebih bersih. Maka digagaslah kampung tematik yang sejalan dengan penataan Pasar Bunga Kalisari –yang lokasinya persis di depan kampung ini.


"Awalnya penataan Sungai Semarang, akhirnya kita lihat kampungnya kok enggak cantik. Padahal ada nilai historisnya, kampung tua juga, namanya Gunung Brintik," Sambungnya.


Di Indonesia, memang ada kampung berkonsep serupa seperti di Jodipan Malang dan Kalijode Yogyakarya. Tapi di sini, punya keistimewaan yakni kontur tanah perbukitan. Tak hanya itu, jumlah bangunan di Kampung Brintik yang mencapai 391, jauh lebih banyak dibanding dua kampung lain yang hanya 90 dan 160 bangunan.


Lokasinya yang berada di jantung Kota Semarang, juga cocok menjadi kawasan wisata. Sejak dimulai April lalu, proyek penataan Kampung Brintik memang belum selesai. Khusus pengecatan baru sekitar 75 persen, kebanyakan dinding bangunan dan jalanan kampung rampung dicat. Namun genting, masih banyak yang belum selesai diwarnai. Pemda menargetkan dua bulan selesai.


Setelah pengecatan, masih ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Misal, parkir, pedestrian, dan pusat jajanan. Pemda juga akan menormalisasi Kali Semarang yang menjadi muka Kampung Brintik. Sebab kondisi kali itu keruh. Semua itu akan dikerjakan sampai akhir tahun ini.

red

(Kegiatan sore warga Kampung Brintik, Semarang, Jawa Tengah. Foto: Dian Kurniati/KBR)


Kampung Brintik atau lebih tenar dengan sebutan Kampung Pelangi, di Semarang, telah mencuri hati dan perhatian muda-mudi yang gemar berswa foto di media sosial. Saban hari, ratusan orang ke sini. Mei Sri Ekawati –warga Kampung Pelangi, bercerita sejak rumahnya disulap berwana banyak orang berdatangan. Warungnya pun ikut kecipratan untung. Kata dia, omset dagangannya sampai melonjak dua kali lipat.

"Warungnya tambah ramai. Alhamdulillah membawa berkah Kampung Pelangi ini. Terus kalau liburan, ramai. Senang sekali, kok enggak dari dulu ya," kata Sri sambil terkekeh.


Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kota Semarang, Nik Sutiyani, menyebut program penataan Kampung Pelangi memang ditujukan untuk memperbaiki perekonomian warga.


Dengan menjadikan Kampung Brintik sebagai kawasan wisata, otomatis akan membawa dampak. Dimana aktivitas ekonomi akan dipusatkan pada warga lokal. Sehingga, pedagang dari luar kampung tak boleh masuk. Selain itu, kepada warga lokal, pemerintah kota meminta agar mematok harga wajar untuk dagangannya.


"Untuk memelihara kampung itu, ekonomi harus tumbuh di sana. Kalau ekonomi tumbuh di sana, masyarakat akan dengan sadar mengecat. Kita lalu beri ide bagaimana mereka mengelolanya. Sampai detail seperti harga tidak boleh ngepruk," ujar Nik Sutiyani.


Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Semarang, Irawan, menyebut gelombang kedatangan pelancong lokal dan mancanegara ke Kampung Pelangi belakangan ini, sesungguhnya tanpa sosialisasi pemda.


Media lah, kata dia, yang menyebarkan informasi Kampung Pelangi. Dan, agar kampung ini betul-betul siap menyambung tamunya, dinas pariwisata memfasilitasi pembentukan Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis –sebagai wadah warga belajar mengelola kampungnya. 


"Dengan adanya Pokdarwis nantinya akan memberdayakan masyarakat Kampung Pelangi sadar wisata Sapta Pesona. Kalau ada turis atau wisatawan datang ke Kampung Pelangi, kelompok Pokdarwis itu bisa memberikan rasa nyaman pada wisatawan yang berkunjung ke situ," ucap Irawan.


Sementara Ahli Tata Kota dari Universitas Diponegoro, Hadi Wahyono, memuji langkah Wali Kota Semarang dalam menata Kampung Brintik. Hanya saja dia punya catatan, kawasan Kampung Brintik bisa kembali kumuh apabila catnya tak dirawat.


Itu mengapa, harus dipikirkan agar warga bersedia menjaga kualitas cat, serta bersedia mengecat kembali jika cat mulai luntur.


"Kalau mau dipertahankan seperti itu sebagai kampung lama, ya monggo. Tetapi kalau kampung lama itu kemudian dicat warna-warni kan hilang lamanya. Mungkin bisa jadi menarik, lama tetapi kekinian," ungkap Hadi.


Hadi juga menyebut, pengecatan hanya menyelesaikan masalah di permukaan. Pasalnya, esensi penataan harus termasuk keamanan, kenyamanan, serta kelayakannya menjadi kawasan hunian. Semisal mengenai keamanan, pemerintah mesti membuat Kampung Brintik yang berkontur curam ramah untuk anak-anak bermain.


Dia juga berpesan, agar proyek penataan kampung bisa berkelanjutan, pemerintah perlu menjadikan warga sebagai aktor agar rasa kepemilikan kampungnya tak hilang.


Kampung Pelangi tak hanya menawarkan keceriaan, pemda berkeinginan kampung ini berkonsep wisata sejarah. Sebab, nama kampung tersebut lekat dengan sejarah Mbah Brintik –orang yang pertama kali bermukin di sini. Selain itu, ada yang menyebut bahwa di kampung ini –pada abad ke-15, terdapat pelabuhan tempat rombongan Laksamana Cheng Ho kali pertama mendarat di Semarang.


Nantinya, kampung ini juga akan menjadi bagian wisata yang dimulai dari Lawang Sewu dan Tugu Muda. Dengan jalur pedestrian yang bagus, wisatawan dari Tugu Muda akan diajak menyusuri jalanan menuju Gereja Katedral, Pasar Bunga Kalisari, hingga berujung ke Kampung Pelangi.


Menurutnya, rancangan ini efektif menggiring wisatawan ke Kampung Pelangi, karena lokasinya yang saling berdekatan.



Editor: Quinawaty 

  • Kampung Pelangi
  • Semarang
  • Kampung Brintik

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!