BERITA

Tolak Terorisme, Pesilat PSHT Pati Unjuk Rasa

"“Kami keluarga besar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Pati berkomitmen, menyatakan menolak dengan keras segala bentuk radikalisme. Baik premanisme, terorisme, dan isu SARA ""

Agus Pambudi

Tolak Terorisme, Pesilat PSHT Pati Unjuk Rasa
Aksi pesilat Setia hati Teratai Pati, Jateng tolak terorisme, Rabu (13/07). (Foto: KBR/Agus P.)

KBR, Pati- Ratusan  anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kabupaten Pati, Jawa Tengah berunjukrasa menolak radikalisme. Mereka mendatangi Mapolres Pati  untuk  mendukung upaya Polri menumpas tindakan radikalisme yang   mengancam keutuhan NKRI.

Dalam aksi simpati itu, massa Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), melakukan long march dari halaman Bakorwil I  menuju Mapolres Pati, yang berjarah 2 Km.  Sesampainya di Mapolres,  Ketua PSHT Cabang Pati, Suntoro menyerahkan petisi  yang berisi penolakan terhadap segala bentuk radikalisme, premanisme, terorisme dan SARA, kepada Kapolres Ari Wibowo.

“Kami keluarga besar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Pati berkomitmen, menyatakan menolak dengan keras segala bentuk radikalisme. Baik premanisme, terorisme, dan isu SARA serta tindakan-tindakan yang dapat mengancam keutuhan NKRI,” kata Ketua PSHT Cabang Pati, Suntoro, Rabu (13/07).

Usai dari Mapolres Pati, masa PSHT dengan kawalan Polisi, bergerak menuju Alun-alun Simpang Lima Pati. Mereka kembali  berorasi menyuarakan isi petisi PSHT.  PSHT berharap kepada masyarakat yang melintas, untuk bersatu memerangi tindak  seperti aksi bom bunuh diri di Mapolres Surakarta, jelang Idul Fitri lalu.

Setelah menyampaikan petisinya, massa PSHT mengakhiri aksinya dengan  memasang spanduk dukungan upaya Polri menumpas aksi terorisme di sudut-sudut kota.


Editor: Rony Sitanggang

  • Ketua PSHT Cabang Pati
  • Suntoro
  • terorisme
  • Radikalisme

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!