HEADLINE

2016-07-18T11:17:00.000Z

Sampai Semalam, Mahasiswa Papua di Yogyakarta Masih Terima Perlakuan Rasisme

"Perlakuan rasisme diterima mahasiswa Papua saat melintas di Jalan Babarsari, Sleman menggunakan sepeda motor. "

Sampai Semalam, Mahasiswa Papua di Yogyakarta Masih Terima Perlakuan Rasisme
Ilustrasi mahasiswa Papua. Foto: Eko Widianto/KBR

KBR, Jakarta - Mahasiswa asal Papua di Yogyakarta mengatakan masih menerima perlakuan rasisme sampai semalam. Salah satu mahasiswa Papua di Yogya, Roy Karoba mengatakan, beberapa temannya mendapat perlakuan itu oleh sesama pengguna jalan lain saat melintas di Jalan Babarsari, Sleman menggunakan sepeda motor.

Kata dia, meski yang meneriaki tak mengenakan seragam, mereka membawa sentaja tajam.


"Ini sampai tadi malam ada beberapa teman yang kebetulan lewat di Babarsari, Tugu, mendapat perlakuan seperti itu. Ada teman-teman jalan pakai motor, kemudian diteriaki kata rasis di tengah perjalanan mereka. Ada tiga orang berkendaraan memang tidak menggunakan seagam, cuma ada menggantung, menyisipkan alat tajam di belakang mereka," kata Roy kepada KBR, Senin (18/07/16).


Roy menuturkan, peristiwa itu terjadi sekira pukul 18.30 WIB. Kata dia, tiga orang pengguna sepeda motor mengatakan kalimat rasisme tentang asal daerah mahasiswa itu.

Baca juga:

Meski demikian, Roy mengatakan, saat ini situasi asrama sudah aman. Sejak sabtu sore, aparat kepolisian yang berjaga mulai menarik diri. Namun, hingga kemarin, masih ada mobil patroli yang berkeliling asrama sebanyak dua kali. Aktivitas di sana juga berangsur normal, karena mahasiswa Papua sudah bisa keluar-masuk asrama.

Jumat lalu, aksi damai mahasiswa Papua dan aktivis prodemokrasi mendukung Persatuan Pergerakan Pembebasan untuk Papua Barat atau United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dibubarkan personil gabungan dari Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Brigade Mobil, dan beberapa organisasi masyarakat. Mereka mendatangi asrama mahasiswa papua dengan membawa senjata dan meneriaki mahasiswa Papua dengan kalimat rasisme.


Menanggapi hal itu, Kepolisian Daerah Yogyakarta menampik tudingan telah membiarkan aksi kekerasan oleh anggota ormas ke Mahasiswa Papua di Yogyakarta. Juru bicara Polda Yogyakarta, Any Pudjiastuti berdalih, anggota ormas hanya menyampaikan ketaksepahaman pandang dengan Mahasiswa Papua terkait dukungan terhadap Organisasi Gerakan Pembebasan Papua Barat (ULMWP), tanpa disertai bentrokan fisik. Ia pun menuding aksi damai Mahasiswa Papua itu mengancam keamanan.


“Kami tidak mengurung. Tetapi manakala ada yang akan melakukan hal-hal yang tidak boleh, seperti contohnya melakukan unjuk rasa dengan mengusung separatisme Papua Merdeka, itu kan mengundang kerawanan. Itu yang tidak kita inginkan. Tetap kalau yang namanya mengurung, tidak,” ujar Any saat dihubungi via telepon, Sabtu (16/7) siang.


Any Pudjiastuti juga membantah, penutupan akses dan pengepungan di asrama Mahasiswa Papua Kamasan I oleh anggotanya. Ia pun mengklaim situasi di sekitar asrama kini sudah kembali normal. Sementara itu dalam insiden tersebut, lanjut Any, kepolisian telah menetapkan seorang mahasiswa sebagai tersangka. Sedangkan enam Mahasiswa Papua lainnya yang sebelumnya ditangkap telah dibebaskan. Ia mengklaim, mahasiswa itu melawan petugas dengan senjata tajam, sehingga mengakibatkan anak buahnya luka-luka.

Editor: Sasmito

  • Mahasiswa Papua
  • Yogyakarta
  • rasisme

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!