HEADLINE

Polisi Tangkap 6 Orang Terduga Pelaku Penyerang Markas Polda Sumut

Polisi Tangkap 6 Orang Terduga Pelaku Penyerang Markas Polda Sumut

KBR, Jakarta - Kepolisian Sumatera Utara menangkap enam orang yang diduga memiliki keterkaitan dengan serangan teror ke Markas Polda Sumatera Utara.

Juru bicara Polda Sumatera Utara Rina Sari Ginting mengatakan, enam orang itu diyakini memiliki peranan dalam merencanakan penyerangan.


"Mereka diyakini punya peranan masing-masing. Ada yang berperan mengambil foto, melakukan survei. Mereka ini beberapa kali sudah dilakukan survei. Ada juga yang menggandakan barang cetakan, seperti buku-buku yang kita temukan di rumah pelaku," kata Rina Sari Ginting kepada KBR, Senin (26/6/2017).


Teror itu terjadi pada Minggu (25/6/2017) dinihari sekitar pukul 03.00 WIB, menjelang perayaan Idul Fitri. Teror dilakukan dua orang berinisial SP dan AR dengan cara melompat pagar Polda. Dengan menggunakan senjata tajam, pelaku menyerang petugas yang sedang beristirahat di dalam pos jaga. Polisi itu tewas di tempat. Kejadian itu diketahui petugas lain dan melepaskan tembakan ke arah pelaku, hingga salah seorang dari pelaku yaitu AR tewas di lokasi.


Rina Sari Ginting menambahkan, Polda Sumatera Utara serta Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri telah menggeledah rumah salah satu pelaku penyerangan, yaitu pelaku berinisial SP di Jalan Pelajar Timur, Medan.


Dari rumah SP, polisi menemukan beberapa barang yang berkaitan dengan kelompok teroris ISIS, termasuk gambar bendera ISIS yang menempel di dinding rumah.


"Ada buku-buku yang mengajarkan bagaimana cara ISIS melawan, cara ISIS berperang. Kita juga amankan telepon genggam milik korban. Ada juga sepeda motor, laptop, VCD dan beberapa dokumen lain. Dokumen itu terkait dengan gambaran bahwa mmemang kelompok ini berafiliasi ke ISIS," kata Rina Sari Ginting.


Rina membantah anggapan bahwa Kepolisian kecolongan dengan adanya serangan ini. Rina mengklaim Polda Sumatera Utara telah menguatkan pengamanan di markas dan asrama kepolisian.


"Anggota kita yang bertugas di lapangan dilengkapi dengan body system, kekuatan yang full," ujar dia.


Body system merupakan sistem pengamanan dimana anggota polisi yang sedang bertugas juga mendapat pengamanan dari anggota lain yang dilengkapi senjata api dan kelengkapan lain. Strategi pengamanan body system diaktifkan lagi sejak teror di kawasan Sarinah Thamrin Jakarta, pada awal tahun 2016 lalu.

red


Foto: Rumah SP, pelaku terduga teroris di Jl Pelajar Timur, Medan, Sumatera Utara, usai penggeledahan, Minggu (25/6/2017). SP dan AR melakukan serangan ke Polda Sumatera Utara, hingga seorang anggota tewas. (Foto: ANTARA/Irsan Mulyadi)

 

Baca juga:


JAD menjauh dari Jawa

Kapolda Sumatera Utara Rycko Amelza Dahniel mengatakan serangan teror terhadap Mapolda Sumatera Utara direncanakan oleh kelompok pelaku dalam sepekan terakhir. Hal itu berdasarkan penyelidikan Polda, termasuk dengan memeriksa istri SP.


"Sudah ada istri pelaku yang diperiksa untuk kegiatan sehari. Termasuk keberadaan propaganda. Identitasnya nanti saya kabari," kata Rycko yang kini merangkap jabatan sebagai Gubernur Akpol, sebelum melepas jabatan Kapolda Sumut bulan Juli mendatang.


Rycko mengatakan, pelaku berasal dari jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) wilayah Jawa dan wilayah Sumatera.


"Sasaran mereka secara spesifik adalah anggota Polri dan bertujuan merebut senjata api," kata Rycko.

red


Foto: Anggota polisi mengangkat peti jenazah rekan mereka Aiptu Martua Sigalingging di RS Bhayangkara Polda Sumut, Medan, Minggu (25/6/2017). Martua tewas ditikam dua orang terduga teroris. (Foto: ANTARA/Septianda Perdana)

 

Sementara itu, pengamat terorisme Taufik Andri menilai, kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) masih dalam struktur lokal dengan agenda aksi dan operasi sendiri.


Taufik mengatakan meski belum jelas keterkaitan kelompok JAD dengan ISIS, namun JAD harus diwaspadai.


"Cakupan strukturnya tidak bersifat nasional, seperti kelompok besar di masa lalu yaitu Jamaah Islamiah. Ini kelompok kecil yang biasanya memiliki struktur lokal tersendiri. Yang masih belum jelas juga hirarkinya. Apakah kemudian terkait langsung dengan kelompok ISIS atau tidak, itu belum terlalu jelas," kata Taufik pada KBR, Minggu (25/6/2017).


Menariknya, kata Taufik, area pergerakan JAD mulai menjauh dari Pulau Jawa. Biasanya simbol-simbol terkuat kelompok ini banyak terdapat di Jakarta, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Namun, belakangan ada di Sumatera Utara, dan Taufik menyebut ini mengejutkan.


Peneliti dari Yayasan Prasasti Perdamaian itu mengatakan polisi kini harus mewaspadai ruang gerak JAD, agar tidak terlampau luas sehingga sulit ditangani. Ia berharap dengan terbongkarnya serangan di Mapolda Sumatera Utara ini akan lebih mudah membuka mata rantai JAD di seluruh wilayah Indonesia.


Taufik menduga teror yang terjadi Markas Polda Sumatera Utara, Minggu dini hari adalah suatu bentuk balas dendam, kekecewaan, atau ketidakpuasan atas penangkapan 20-an lebih teroris yang tergabung dalam kelompok JAD, baru-baru ini.


"Motivasi dan target mereka sebetulnya tidak pernah bergeser dari beberapa tahun terakhir. Dengan adanya serangan di Medan kemarin, bisa dipahami polisi masih menjadi target utama. Modus operandinya juga dengan alat-alat yang terbatas," tambah Taufik.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • teroris
  • terorisme
  • Jamaah Ansharut Daulah (JAD)
  • ISIS
  • sumatera utara

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!