BERITA

Flyover Kretek Brebes Gagal Fungsional, Macet Hantui Pemudik di Jalur Tengah-Selatan

Flyover Kretek Brebes Gagal Fungsional, Macet Hantui Pemudik di Jalur Tengah-Selatan

KBR, Banyumas – Jalan layang (flyover) di perlintasan sebidang kereta api di kawasan Kretek, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes Jawa Tengah dipastikan gagal berfungsi pada musim arus mudik dan arus balik Lebaran tahun ini. Hal itu disebabkan pengerjaan flyover di kawasan lalu lintas padat perlintasan sebidang kereta api itu belum selesai.

Gagal fungsinya flyover Kretek bisa menyebabkan kemacetan panjang di kawasan ini seperti tahun-tahun sebelumnya. Apalagi jalur ini merupakan jalur utama penghubung melalui Pantura yang hendak meneruskan perjalanan jalur tengah atau selatan menuju Purwokerto dan Yogyakarta atau sebaliknya.


Juru Bicara PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daops) 5 Purwokerto Ixfan Hendriwintoko mengatakan untuk mengurangi potensi macet, Kementerian Perhubungan dan PT KAI berencana memasang jembatan bailey untuk menyambung jalan layang yang belum selesai di atas rel kereta.


Jembatan bailey merupakan jembatan baja yang bisa dipindah tempat (removable). Rencananya, Kementerian Perhubungan dan PT KAI akan 'meminjam' jembatan bailey milik Zeni Komando Daerah Militer (Kodam) IV Diponegoro, Jawa Tengah.

red


(Keterangan foto: Ilustrasi. Perlintasan sebidang rel kereta api Kretek Brebes. (Foto: setkab.go.id)

 

Namun begitu, kata Ixfan, pemasangan jembatan bailey ini tak lantas menyelesaikan masalah. Sebab, jembatan bailey hanya bisa dilintasi kendaraan ringan dengan bobot kurang dari 12 ton. Sementara, kendaraan berat tak boleh melintas lantaran terlalu berbahaya.


Kendaraan besar, seperti bus dan truk pengangkut bahan pokok harus tetap melalui jalur bawah flyover alias tetap lewat perlintasan sebidang kereta api. Menurut Ixfan, hal itu tetap bisa menyebabkan kemacetan lantaran aktivitas pekerjaan pembangunan flyover menyebabkan penyempitan jalan.


"Kalau khusus untuk pengerjaan flyover Kretek itu masih jalan, tapi diperkirakan sampai Hari Raya belum bisa diselesaikan. Tanggal 16 atau 15 Juni nanti sudah bisa dilalui, namun perlintasan yang di bawah (tetap dibuka). Sebab, jembatan diatasnya tidak bisa lebih dari 12 ton. Targetnya tanggal 16 itu memang bisa dilalui, tetapi tidak boleh lebih dari 12 ton," kata Ixfan Hendriwintoko, Kamis (8/6/2017).


Ixfan menjelaskan, sebenarnya jembatan layang (flyover) Kretek merupakan satu dari empat flyover yang ditargetkan fungsional pada arus mudik dan balik 2017 ini. Namun pengerjaan flyover Kretek tidak sesuai target mengingat padatnya arus kendaraan di tempat itu.


Sedangkan, tiga flyover di jalur yang sama, yakni, Klonengan-Prupuk, Dermoleng-Ketanggungan, dan Kesambi dipastikan bisa fungsional dan sesuai target.

 

red


(Keterangan foto: Pemandangan udara kegiatan pembangunan jembatan layang Klonengan di atas perlintasan kereta api di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (29/5/2017). (Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak)

Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja (Satker) Jembatan dan Pembangunan Flyover Jalur Tengah, Wahyu Winur Seto mengatakan pada akhir Mei lalu flyover Kretek baru sampai tahap pemasangan penyangga sehingga belum tersambung.


Pekerjaan ini kemudian harus dilanjutkan dengan  pemasangan tubuh flyover, dan penyambungan batang flyover yang terbuat dari batang beton. Pembangunan itu terhambat cuaca yang kerap tidak bersahabat serta padatnya arus lalu lintas di lokasi pekerjaan.


Upaya mempercepat pembangunan sempat dilakukan dengan penutupan total jalan selama enam jam per hari pada Mei lalu. Namun, flyover Kretek tetap tidak selesai sesuai target.


Editor: Agus Luqman  

  • perlintasan sebidang
  • Perlintasan Kereta Api
  • Brebes
  • purwokerto
  • Jalur Pantura
  • jalur tengah
  • Jalur Selatan
  • mudik lebaran
  • arus mudik
  • Lebaran 2017
  • Mudik 2017

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!