HEADLINE

Cegah ISIS Masuk dari Marawi, Pemerintah Perketat Perbatasan

Cegah ISIS Masuk dari Marawi, Pemerintah Perketat Perbatasan

KBR, Jakarta- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, akan memperkuat wilayah perbatasan Indonesia untuk mencegah masuknya kombatan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari Marawi, Filipina Selatan. Ia khawatir milisi ISIS menyebar ke wilayah Asia Tenggara setelah digempur tentara Filipina.

Wiranto mengatakan, daerah Poso di Sulawesi Tengah merupakan salah satu lokasi yang diincar ISIS sebagai basis perjuangan di Asia Tenggara.


"Di Poso sudah kita hancurkan tinggal sisa beberapa orang saja di sana. Sehingga tak mungkin menjadi basis, maka mereka memilih di Marawi. Tapi sekarang di Marawi pun sudah digempur oleh pihak Filipina," kata Wiranto di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Kamis (08/05/17).


Ia melanjutkan, "Kita harus menjaga jangan sampai gempuran itu kemudian luapannya atau muncratnya di Indonesia. Kita sudah melakukan langkah-langkah penguatan daerah perbatasan."


Wiranto mengatakan, langkah-langkah menjaga perbatasan diantaranya patroli maritim dan penguatan wilayah teritorial. Namun Ia tidak menjelaskan teknisnya seperti apa.


"Sebentar lagi saya akan menuju ke perbatasan. Saya lakukan rapat koordinasi secara menyeluruh," ujarnya.


Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme​ (BNPT), Suhardi Alius, ada tiga wilayah yang harus diwaspadai sebagai jalur keluar masuk dari dan ke Indonesia. Ketiga wilayah itu yakni Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Kalimantan Utara.


"Kita persiapkan benar jangan sampai ada rembesan di sana," ujar Suhardi.


Sementara mengenai kombatan asal Indonesia, menurut Suhardi, hampir seluruhnya berasal dari kelompok Jemaah Ansharu Daulah (JAD). Ia mengatakan, berdasarkan data dari Densus 88 Polri ada 38 WNI yang bergabung dengan ISIS di Filipina.


"itu juga bukan semua di sana. Ada juga yang sudah kembali," ujarnya.


Sementara itu Pengamat terorisme Nasir Abbas menyatakan proses pemberangkatan warga Indonesia ke Filipina untuk bergabung dengan kelompok separatis di sana, tak memerlukan proses rekrutmen yang rumit. Nasir mengatakan, beberapa orang Indonesia memiliki sejarah kedekatan dengan kelompok separatis di Filipina. Dia mencontohkannya dengan pecahan Negara Islam Indonesia dan Aman Abdurrahman, yang sepaham dengan ISIS.

"Bukan mereka merekrut orang Indonesia, orang Indonesia yang mencari mereka. Sejak dulu Indonesia punya hubungan dengan kelompok-kelompok separatis. Jadi hubungan itu tidak pernah berhenti. Ada saja yang berangkat ke sana. (Cukup dengan kedekatan?) Kenapa tidak? Lihat saja kalau ke Suriah, kan ada yang berkoordinasi dengan ISIS di Malaysia.  Begitu juga kalau mereka merasa satu paham, tumbuh rasa solidaritasnya," kata Nasir kepada KBR, Kamis (08/06/2017).


Nasir mengatakan, saat ini masih ada beberapa orang Indonesia yang sejak lama tinggal di pegunungan di Filipina, misalnya sisa kelompok Jamaah Islamiah dan NII. Kata Nasir, merekalah yang akan menjadi penghubung antara orang Indonesia yang baru sampai di Filipina dengan separatis. 

Menurutnya, 38 orang  Indonesia yang diduga Kepolisian bergabung dengan separatis Filipina juga tergolong kecil. Pasalnya, saat Nasir membuat tempat persembunyian di Filipina, di dalamnya ada 80 orang Indonesia. Meski begitu, ia berkata, 38 orang yang diduga tergabung dalam separatis tetap harus diwaspadai.

Nasir berujar, kelompok teroris Maute Bersaudara telah sejak lama ada di Filipina. Mereka juga memiliki persenjataan yang banyak, karena dulu pernah menjadi bagian dari separatis, misalnya Moro National Liberation Front (MNLF) dan Abu Sayyaf.

Menurut Nasir, kelompok Maute Bersaudara juga memiliki kedekatan dengan Indonesia, terbukti dari banyaknya orang Indonesia yang bergabung, atau memberi senjata dari mereka. Adapun belakangan ini, kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) menjadi yang paling sering mengirim pasukannya ke Filipina. Kata dia, meski JAD termasuk kelompok baru, personilnya kebanyakan orang lama yang sebelumnya tergabung di jaringan Negara Islam Indonesia dan Aman Abdurrahman.

Menurut Juru bicara Polri, Martinus Sitompul   kepolisian Indonesia akan terus berupaya mengungkap jaringan-jaringan teroris itu. Di antaranya  dengan menembus informasi yang didapat dari para terduga teroris,  salah satunya melalui RS yang ditangkap di Gunung Kidul, Yogyakarta pada Selasa (06/07).

"Kita melihat situasi di Marawi yg masih bergejolak, tentu ada imbasnya karena sebagian dari mereka yg melakukan kegiatan melawan pemerintah Filipina itu berasal dari Indonesia. Upaya mengungkap jaringan yg ada dari Filipina ke Indonesia dilakukan, di antaranya dengan menangkap RS di Jogja. dia memberi fasilitas dan uang sekitar 7500 US dolar yang dikirim 2 kali kepada 4 DPO tersebut," ujar Martinus Sitompul, Kamis (08/06).


Martinus   mengatakan  kepolisian Indonesia akan menangani secara serius dan bekerjasama dengan Filipina untuk bertukar informasi siapa saja orang Indonesia yang memiliki hubungan secara langsung ataupun berkaitan dengan terorisme di Marawi.


"Dengan penangkapan-penangkapan ini diharapkan negara kita lebih aman, tidak ada lagi aksi-aksi bom bunuh diri atau lainnya," ujar Martinus.


Sampai saat ini Otoritas Filipina masih memburu 38 orang terduga teroris yang sempat menduduki kota Marawi. Diberitakan sebelumnya bahwa 4 dari ke 38 DPO tersebut diduga tewas dalam serangan di kota itu.


Editor: Rony Sitanggang

  • Marawi
  • Maute
  • Jamaah Ansharut Daulah (JAD)
  • Menkopolhukam Wiranto
  • Nasir Abbas
  • Kepala BNPT Suhardi Alius
  • Martinus Sitompul

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!