HEADLINE

Sawit vs Orang Rimba di Jambi, Menteri Kirim Tim

Sawit vs Orang Rimba di Jambi, Menteri  Kirim Tim

KBR, Jakarta- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan menerjunkan tim untuk mengecek konflik Suku Anak Dalam dan anak perusahaan raksasa sawit Sinar mas, PT Bahana Karya Semesta di Jambi yang terjadi pekan lalu. 

Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan  sudah memiliki tim-tim di Jambi dan sejumlah daerah yang dianggap bermasalah. Tim kecil ini diisi orang dari Dirjen Produksi, Dirjen Kehutanan Sosial, dan Dirjen Penegakkan Hukum.


Kata dia, KLHK  akan mengecek apakah ada pelanggaran hukum yang menyebabkan konflik tersebut.


"Swasta harus memberikan ruang kepada masyarakat 20 persen di areanya," ungkapnya kepada wartawan di DPP Nasdem, Jakarta, Selasa (7/6/2016) petang.


Hal itu diatur dalam Permen KLHK no12/2015 tentang Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Kewajiban ini berlaku pada pemilik Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu- Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI).


"Kemudian apabila ada penempatan yang melanggar hukum maka akan kita proses hukum," tegasnya.


Siti menambahkan, masih melengkapi data pemberian area 114 hektar yang telah digagas setahun lalu. Awalnya, kata dia, warga SAD telah senang dengan rencana tersebut karena mereka telah memiliki kebun karet dengan usia 7 bulan. Namun kemudian, mereka meminta ruang jelajah yang lebih luas.


"Angkanya sekira 1.800-1.900 hektar. Area itu kini sedang dikaji," tambah Siti.


Kesepakatan Ulang

Organisasi lingkungan KKI Warsi, menyatakan  Orang Rimba menginginkan  pertemuan kembali untuk membahas kesepakatan penyelesaian konflik antara orang rimba dan petugas keamanan PT Bahana Karya Semesta (BKS) pekan lalu.

Kata  Koordinator Divisi Komunikasi KKI Warsi, Sukma Reni, pembakaran rumah, kain, benda pusaka dan persembahan kepada Dewa bagi Orang Rimba, merupakan pantangan adat.  Kata dia,  kerugian adat tersebut tidak masuk dalam perjanjian damai yang sebelumnya telah dikeluarkan sepihak tanpa pelibatan Orang Rimba.

Sukma menegaskan, yang diinginkan Orang Rimba adalah kesepakatan damai yang melibatkan mereka beserta perusahaan dengan dimediasi oleh pemerintah.


"Dibikin yang baru, yang mereka dilibatkan dalam perdamaian itu, bukan sepihak. (Hasil yang diinginkan?) Pelarangan masuk itu yang mereka tidak mau, karena dari dahulu itu wilayah jelajah mereka. Mereka tetap ingin, perusahaan kalaupun beraktivitas di situ ya beraktifitas, tapi mereka di situ juga tidak dilarang. Karena menurut mereka itu dari nenek moyang mereka sudah biasa jalan ke sana," papar Sukma kepada KBR, Selasa  (7/6/2016).


Sukma menambahkan, saat ini Kaum Induk (ibu-ibu)  Orang Rimba yang melihat langsung waktu pembakaran dan penyiksaan anggota keluarganya masih mengalami ketakutan dan trauma. Ia mengatakan, saat ini mereka masih mengungsi ke dalam Hutan yang berjarak 10 kilometer dari lokasi kejadian. Hingga sekarang, menurut dia belum ada pihak pemerintah yang mengunjungi mereka.


"Yang trauma terutama kaum perempuan dan anak-anak karena ada juga diantara mereka dua orang yang baru seminggu melahirkan, ikut menjadi korban itu, ikut melarikan diri bersama rombongan. Dan bahkan tadi waktu kami ke sana ada seorang anak yang terpisah dengan orang tuanya," ujarnya


Sebelumnya, Orang Rimba Kelompok Melimun dan Kelompok Menyurau bentrok dengan satpam perusahaan PT BKS di Kecamatan Air Hitam Kecamatan Sarolangun. Kedua kubu terlibat bentrok saat satpam meminta orang rimba keluar kebun sawit dan dilarang memungut brondolan. Bentrok terjadi saat orang rimba hendak meninggalkan lokasi.


Akibatnya, dua orang rimba ditusuk, lima sepeda motor rusak dan 1000 lembar kain orang rimba dibakar. Jumat lalu digelar pertemuan dengan dihadiri perwakilan orang rimba, perusahaan dan kepolisian setempat. Perjanjian damai lantas diteken dengan kesepakatan  perusahaan akan membayar ganti rugi  namun melarang orang rimba untuk selamanya masuk dalam kawasan perusahaan.

Editor: Rony Sitanggang

 
  • orang rimba
  • PT Bahana Karya Semesta
  • Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!