OPINI

Pilkada Rasa Pilpres

Ilustrasi: Tangkapan video viral intimidasi terhadap perempuan dan anak di ajang car free day

Media sosial masih gaduh oleh intimidasi di Car Free Day (CFD) Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Minggu pagi itu, beberapa orang yang mengenakan kaus #DiaSibukKerja di-bully oleh sekelompok orang berkaus #2019GantiPresiden. Terakhir, polisi menyebut sudah menerima dua laporan terkait insiden tersebut. Polisi pun tengah mendalami unsur pidananya. Jika cukup bukti, maka para pelaku akan dijerat pidana. 

Sementara kegaduhan di media sosial tak juga henti. Kelompok yang mendukung #2019GantiPresiden belakangan menyebut ada konspirasi dalam aksi perundungan itu. Musofa Nahra menafsirnya dari gelang yang dipakai korban, katanya sama dengan yang dikenakan pelaku. Tapi sangkaan itu langsung ditangkis kelompok #DiaSibukKerja --yang menganggap dugaan Mustofa Nahra tak berdasar. Dalihnya, gelang kokka  bisa didapat dari mana saja dan dipakai banyak orang. 

Saling berbalas-pantun itu sebetulnya agak menggelikan dan sudah mengarahkan publik pada suasana pemilihan presiden. Sementara yang akan kita hadapi beberapa bulan ke depan adalah pemilihan kepala daerah serentak di 171 daerah. Tapi hiruk-pikuknya --tak hanya di Jakarta, tapi daerah lain-- jadi sarat aroma pilpres. Impaknya, pengawasan terhadap calon-calon kepala daerah di pilkada serentak melempem. Padahal kita tahu, banyak calonnya kini berstatus tersangka oleh KPK. Dengan status seperti itu,  perhatian bisa kita fokuskan untuk menilai  apakah mereka masih layak dipilih atau tidak. 

Betul bahwa tak ada larangan mengenakan kaus apapun pada kegiatan Car Free Day. Tapi kalau hanya akan memanas-manasi saja, apakah masih perlu? Toh pasca kejadian Minggu lalu itu, ruang yang harusnya menyenangkan, pasti berubah jadi menegangkan. Ayolah, jangan ulangi lagi Pilkada rasa Pilpres Jilid 2. Publik lelah.

 

  • car free day
  • #DiaSibukKerja
  • KPK
  • gelang kokka
  • #Pilkada2018

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!