OPINI

Ekstrawaspada

Aksi solidaritas menolak radikalisme dan terorisme

Semua aksi terorisme adalah sebuah kebiadaban. Serangan dilancarkan. Sejumlah manusia yang tak tahu apa-apa lantas jadi korban. Hidup mereka direnggut begitu saja atas dasar keyakinan sekelompok teroris yang tak punya rasa kemanusiaan ini. Menyebar takut tanpa hati. 

Indonesia berduka. Dan duka itu mengoyak kembali luka lama akan serangan terorisme sebelumnya. Apalagi diperkirakan bom Surabaya ini bukan yang terakhir. Badan Intelijen Negara menyebut kericuhan di Rutan Mako Brimob sebagai momentum untuk ‘serangan bergelombang’ yang ‘membangunkan sel-sel tidur terorisme’. Pelaku Bom Surabaya sudah dipastikan adalah Jaringan Ansharut Daulah, yang berafiliasi dengan ISIS. Pola-pola serangan ala ISIS disebut terlihat dalam aksi terorisme di Mako Brimob, juga tiga gereja di Surabaya. Di Indonesia, polisi jadi sasaran lantaran dianggap sebagai thagut atau setan. 

Fakta bahwa aksi bom Surabaya melibatkan anak-anak membuat kita harus ekstrawaspada. Betapa ide terorisme begitu mudah dibisikkan lewat ruang-ruang gelap, lewat kelompok percakapan daring atau media sosial, bahkan dibangun dalam keluarga, lantas menggumpal jadi niat melakukan aksi bom bunuh diri. Ini generasi teroris baru, kata pengamat terorisme Noor Huda Ismail, ketika propaganda terorisme disebarkan lintas batas lewat internet. 

Karena itu, penyelesaiannya juga harus dari multidimensi. Keluarga mesti memainkan peran, dengan menekankan pentingnya merangkul perbedaan karena itu adalah esensi umat manusia. Bahwa kebencian terhadap mereka yang dianggap berbeda hanya akan membawa keburukan dan luka. Seperti disampaikan Paus Fransiskus di Vatikan kemarin siang untuk korban bom Surabaya: supaya di hati semua orang tidak ada perasaan kebencian dan kekerasan, tapi rekonsiliasi dan persaudaraan. 

 

  • bom surabaya
  • serangan teroris surabaya
  • bom gereja
  • Mako Brimob
  • Jaringan Ansharut Daulah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!