BERITA

Terapkan Revolusi Mental, BUMDes di Banyumas Bangun 'Taman Agrowisata'

Terapkan Revolusi Mental, BUMDes di Banyumas Bangun 'Taman Agrowisata'


KBR, Cilacap – Pemerintah Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas membangun taman agrowisata yang diberi nama 'Taman Revolusi Mental'.

Pembangunan taman agrowisata itu mendapat pendampingan dari Anggota Komisi II DPR Budiman Sudjatmiko, yang merupakan anggota DPR dari daerah pemilihan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap.


Budiman mengatakan taman agrowisata itu disebut taman revolusi mental karena bakal menjadi pusat ekonomi masyarakat sekaligus tempat pendidikan teknologi yang umumnya hanya ada di kota besar. Ia menganggap saat ini perlu ada upaya membalik pandangan umum bahwa hanya kota besar yang mampu memberikan pendidikan modern.


"Taman ini adalah hasil penerjemahan program revolusi mental yang kami diskusikan dengan Kepala Desa Langgongsari, Pak Rasim pada 2014 lalu," kata Budiman di Cilacap, Senin (15/5/2017) sore.


Usai diskusi itu, kata Budiman, Kepala Desa Langgongsari memasukkan taman agrowisata sebagai program prioritas desa sejak 2015. Taman agrowisata itu sudah diresmikan beberapa waktu lalu.


Taman agrowisata itu bakal dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Langgongsari untuk memproduksi gula aren, gula jawa, bibit durian dan sebagainya.


"Nanti taman agrowisata dikombinasikan dengan sekolah lapangan mengenai manajemen bisnis dan menggunakan aplikasi tepat guna untuk mempercepat perkembangan bisnis masyarakat melalui BUMDes," kata Budiman.


Untuk pembangunan dan pengelolaan taman agrowisata itu, Pemerintah Desa Langgongsari menggelontorkan dana Rp912 juta dari Dana Desa sejak 2015 dan dilanjutkan hingga dana desa 2017.

red


Baca juga:


Taman Agrowisata itu berlokasi di Grumbul Bulakan, di atas tanah kas desa seluas sekitar 24 ribu meter persegi.


Di lahan taman agrowisata itu ditanami ratusan pohon durian, pete, jengkol, salak dan lain-lain. Selain itu taman agrowisata juga mengembangkan gula kelapa yang merupakan komoditas ekonomi utama warga Desa Langgongsari.

 

Budiman Sudjatmiko mengatakan perangkat desa dan pengurus BUMDes telah belajar tata kelola ke daerah lain yang sudah lebih dulu berhasil mengelola BUMDes. Termasuk, pergi ke Thailand untuk belajar langsung teknologi pembibitan yang dilakukan masyarakat desa di Thailand.


Budiman berharap pembangunan taman agrowisata 'revolusi mental itu bisa diterapkan juga di daerah lain. Ia menjelaskan melalui BUMDes, desa bisa berdaya dan membantu meningkatkan kesejahterakan masyarakat desa tanpa bergantung pada kota.


"Kita bikin terowongan di situ, bikin taman, bikin gula aren, bikin pembibitan duren. Dan nantinya bikin sekolah ahli komputer di desa situ. Saya sengaja ajak orang Go-JEK untuk membantu bagaimana melahirkan ahli-ahli teknologi komputer dari desa, dan anak-anak desa bisa belajar di situ," kata Budiman.


Lebih lanjut Budiman mengatakan taman revolusi mental yang digagas di Banyumas itu sekarang juga sudah mulai mempersiapkan pengelolaan bisnis dengan cara cerdas. Para pengelola BUMDes mulai diperkenalkan dengan teknologi komputer, perdagangan elektronik (e-commerce) hingga pengelolaan pemerintahan berbasis teknologi (e-government).


Dengan begitu, kata Budiman, bisnis yang nantinya akan dilakukan BUMDes tak terbatas pada bisnis konvensional, melainkan selangkah lebih maju dengan memanfaatkan dunia internet untuk memperkenalkan produk dan menjualnya ke seluruh dunia.


Budiman mengakui program pemerintah berupa revolusi mental saat ini masih terlalu abstrak. Untuk itu, dia mendorong dan menantang desa-desa di seluruh Indonesia untuk menerjemahkan revolusi mental dengan potensi yang ada di desanya. Budiman menyebut Desa Langgongsari merupakan salah satu desa pertama yang berupaya menerjemahkan program revolusi mental tersebut.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • Banyumas
  • Jawa Tengah
  • Budiman Sudjatmiko
  • BUMDes
  • dana desa
  • Revolusi Mental

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!