BERITA

Tarif Listrik Naik, Penyebab Tertinggi Inflasi April

""Terjadi karena rumah tangga tersebut membayar secara pascabayar, karena dampak kenaikan listrik April ini lebih besar dibanding Maret.""

Dian Kurniati

Tarif Listrik Naik, Penyebab Tertinggi Inflasi April
Ilustrasi (foto: KBR/Adhima S.)


KBR, Jakarta- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada April 2017 sebesar 0,09 persen. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penyumbang inflasi terbesar April adalah kenaikan tarif dasar listrik untuk rumah tangga berdaya 900 VA.

Kata Suhariyanto, inflasi bulan ini utamanya didorong oleh pelanggan listrik 900 VA berskema pascabayar, yang persentasenya lebih besar dibanding yang prabayar.

"Itu adanya penyesuaian tarif listrik untuk rumah tanggal 900 VA yang tadinya bersubsidi, karena dia tidak layak, diambil subsidinya. Dan ini adalah terjadi karena rumah tangga tersebut membayar secara pascabayar, karena dampak kenaikan listrik April ini lebih besar dibanding Maret. Jadi, kenaikan tarif listrik itu memberikan andil kepada inflasi 0,2 persen," kata Suhariyanto di kantornya, Selasa (02/05/17).


Suhariyanto mengatakan, pelanggan listrik 900 VA rumah tangga yang pascabayar sebanyak 17,18 persen, sedangkan prabayar hanya 12,25 persen. Sehingga, kata dia, dampak kenaikan harga listrik di bulan Maret baru terasa di bulan April.


Suhariyanto berujar, kelompok yang membutuhkan perhatian khusus memang pengeluaran untuk perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, karena mengalami inflasi 0,93 persen. Kelompok itu memiliki andil 0,22 persen terhadap inflasi.


Adapun kelompok pangan yang biasanya mengalami inflasi paling tinggi, pada April justru menjadi satu-satunya yang deflasi 1,13 persen, dengan andil terhadap inflasi -0,24 persen. Komoditas pendorong inflasi itu misalnya penurunan cabai merah dan cabai rawit dengan andilnya masing-masing 0,09 persen, bawang merah 0,08 persen, serta beras 0,02 persen. Menurut Suhariyanto, situasi itu menunjukkan harga pangan pada April sangat terkendali.


Dari 82 kota yang disurvei BPS, ada 53 kota mengalami inflasi, sedangkan 29 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,02 persen, sementara inflasi terendah terjadi di Cilacap sebesar 0,01 persen. Adapun dari 29 kota deflasi, yang tertinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,08 persen dan deflasi terendah di DKI Jakarta dan Manado masing-masing 0,02 persen.


Editor: Rony Sitanggang

 

  • Kepala BPS Suhariyanto
  • Inflasi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!