BERITA

Penyerangan Novel Baswedan, Kapolri Sebut Miryam Punya Potensi

Penyerangan Novel Baswedan, Kapolri Sebut Miryam Punya Potensi


KBR, Jakarta- Kepala  Kepolisian Indonesia (Kapolri) Tito Karnavian menyebut politikus Hanura, Miryam S Haryani,  mempunyai motif melakukan penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Hal itu Tito sampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi III bidang hukum DPR RI, Selasa (23/05/17).

"Dengan menggunakan metode deduktif atau motif​, kami melakukan penangkapan terhadap saudari Miryam juga dengan tujuan kami melihat, sudut pandang dia mempunyai potensi," kata Tito di ruang rapat Komisi III DPR RI.


Tito mengatakan, polisi masih mendalami peran Miryam yang diduga memiliki motif untuk melakukan penyerangan terhadap Novel Baswedan. Miryam merupakan tersangka dugaan memberikan keterangan palsu dalam persidangan kasus korupsi KTP elektronik yang ditangani KPK.


"Oleh karena kami dalami yang bersangkutan, termasuk link-linknya yang kemungkinan digerakkan melakukan penyerangan. Tapi sampai saat ini kami belum mendapatkan hasil yang positif. Tim terus bekerja mendalami," ujarnya.


Tito mengatakan, penyelidikan yang dilakukan polisi salah satunya menggunakan metode deduktif. Metode ini untuk menelusuri motif penyerangan terhadap Novel.


Melalui metode deduktif ini, sebelumnya polisi telah memeriksa dua orang yang diduga mempunyai motif melakukan penyerangan yakni AL dan Miko. Namun keduanya memiliki alibi tidak berada di lokasi saat penyerangan.


Selasa pagi, 11 April 2017 lalu, Novel disiram menggunakan air keras oleh orang yang tak dikenal. Kejadiannya sehabis Novel salat subuh berjamaah di Masjid yang tak jauh dari rumahnya. Pelaku diduga berjumlah dua orang menggunakan sepeda motor.


Eeditor: Rony Sitanggang

  • Novel Baswedan
  • Kapolri Tito Karnavian

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!