BERITA

Didemo Ormas Islam, Bedah Buku Haidar Bagir di IAIN Solo Jalan Terus

Didemo Ormas Islam, Bedah Buku Haidar Bagir di IAIN Solo Jalan Terus
Massa berdemonstrasi menuntut pembubaran acara bedah buku


KBR, Solo - Penyelenggara acara bedah buku karya cendekiawan muslim Haidar Bagir di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta Jawa Tengah tetap berjalan terus, meski diwarnai demonstrasi ratusan orang dari ormas setempat.

Diskusi bedah buku berjudul 'Islam Tuhan Islam Manusia' itu diikuti sekitar 600 orang di salah satu gedung kompleks IAIN Surakarta. Sementara itu, massa yang mengatasnamakan dari ormas Islam berdemonstrasi di luar kompleks kampus.


Juru bicara penyelenggara acara bedah buku, Huda Rahman mengatakan acara itu merupakan kegiatan kajian akademik dan kajian intelektual. Sebagai institusi pendidikan, kata Huda, kampus merupakan tempat berkumpulnya para intelektual dan bedah buku penting untuk membudayakan literasi bagi mahasiswa.


"Tidak ada narasi besar dari panitia untuk memberi pemahaman pada golongan atau penyebaran ajaran tertentu. Tidak ada. Kita tidak boleh memancing gejolak seperti itu. Islam itu moderat, tidak menyalahkan kelompok lain dan mengklaim paham kita paling benar. Tidak menyalahkan mereka yang memiliki paham berbeda dengan paham kita, bukan seperti itu," kata Huda Rahman di kampus IAIN Surakarta, Selasa (9/5/2017).


Huda Rahman mengatakan perbedaan justru menambah pengetahuan dan kedewasaan dalam berpikir dan menyikapi masalah.


"Lagi pula, tahun ini kampus IAIN Surakarta memang melakukan budaya literasi," tambah Huda.

 

Di luar kompleks kampus itu, sekitar 200-an orang dari berbagai ormas Islam menggelar demonstrasi, menuntut pembatalan dan pembubaran kegiatan bedah buku 'Islam Tuhan Islam Manusia'. Kelompok penentang itu menganggap isi buku itu tidak sesuai dengan keyakinan mereka.


Massa mengatasnamakan MUI Surakarta, Dewan Syariah Kota Surakarta, Dewan Dakwah Indonesia Jawa Tengah, Aliansi Nasional Anti SYiah dan lain-lain.


Perwakilan demonstran, Tengku Azhar mengatakan acara bedah buku itu tidak layak digelar. Mereka menuding penulis buku itu yaitu Haidar Bagir sebagai penganut Syiah.


"Kedatangan kami ke kampus IAIN Surakarta ini untuk memberitahukan kepada para mahasiswa, dosen, hingga rektor IAIN. Bagaimana mungkin IAIN sebagai pusat ajaran Islam mengundang tokoh Syiah penulis buku, memberikan panggung? Buku ini tidak ilmiah, tidak layak untuk didiskusikan. Takbir!" teriak Tengku Azhar.


Diskusi bedah buku di IAIN Surakarta dijaga ketat aparat TNI dan polisi. Sejumlah kendaraan taktis, lapis baja, hingga kawat berduri disiapkan di sekitar kampus.


Buku "Islam Tuhan Islam Manusia: Agama dan Spiritualitas di Zaman Kacau" ditulis Haidar Bagir, seorang dosen, cendekiawan dan ahli tasawuf yang beberapa tahun lalu mendirikan Gerakan Islam Cinta. Buku itu berisi perenungan Haidar mengenai agama di tengah permasalahan umat manusia, termasuk tentang perbedaan pendapat hingga radikalisme. Dalam buku tersebut, Haidar juga menyinggung mengenai dialog antara Islam, budaya dan peradaban manusia.


Dalam bukunya itu, Haidar Bagir menyerukan pentingnya mengembalikan spiritualitas dan cinta dalam kehidupan beragama. Ajakan ini tidak lepas dari makin menjamurnya faham dan tindakan radikal yang lahir dari tafsir agama, hingga munculnya fenomena saling mengkafirkan dan menyesatkan satu sama lain, bahkan dalam satu agama sendiri.


Haidar juga menulis tentang krisis yang mendera masyarakat seperti maraknya berita hoax yang menjadi pemicu berbagai konflik dan kesalahfahaman. Menurut Haidar, cinta dan spiritualitas dalam ajaran Islam akan menyadarkan umat untuk membangun hubungan dengan sesama manusia, karena inti dari agama adalah budi pekerti.

 

red

Editor: Agus Luqman 

  • Penerbit Mizan
  • Mizan
  • Haidar Bagir
  • IAIN Surakarta
  • pelarangan buku
  • pembubaran diskusi buku
  • pembubaran diskusi
  • ormas radikal

Komentar (2)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Mustofa7 years ago

    Ketika berbicara cinta, pupus semua nafsu kebencian. Ketika berbicara spiritualitas, hilang segala bentuk sekat. Selamat kepada IAIN Surakarta yang masih menjunjung tinggi tradisi ilmiah yang obyektif dan tanpa prasangka. Semoga semangat semacam ini menyetrum Lembaga-lembaga pendidikan lain untuk membangkitkan kembali tradisi keilmuan di dalam kehidupan beragama kita.

  • jumain ali7 years ago

    selamat atas terselenggaranya bedah buku ini, getuk, oyek, tapioka, combro, misro dll, semua asalnya dari singkong, tidak usah mengklaim kalau getuk itu yang paling enak, dan oyek itu rasanya tawar, kita semua dalam pandangan dan memahami islam pasti berbeda-beda itukan semua karena batas kemampuan pikiran kita, tidak lantas untuk merasa paling kafah.