BERITA

Polisi Buru Perakit Senjata Terduga Teroris di Tuban

Polisi Buru Perakit Senjata Terduga Teroris di Tuban

KBR, Jakarta- Kepolisian   Republik Indonesia (Polri) menelusuri asal-usul senjata rakitan yang disita dari enam terduga teroris yang tewas di Tuban, Jawa Timur. Juru bicara Polri Boy Rafli Amar mengatakan, satuan kewilayahan Polri telah diperintahkan merazia pabrik-pabrik senjata rakitan di daerah masing-masing.

"Senjata-senjata ini sementara patut diduga produk lokal. Kita sudah ungkap beberapa kali seperti Cipacing dan Lampung. Itu ada pabrik-pabrik rakitan seperti ini," kata Boy di Mabes Polri, Senin (10/04/17).


Boy menduga terduga teroris ini membeli senjata rakitan dari pembuat senjata ilegal di Indonesia. Lalu mereka memodifikasi senjata tersebut. Ia mengatakan, sel-sel dari jaringan teroris Jamaah Ansharu Daulah (JAD) juga dibekali teknik persenjataan.


"Ini bentuk kreatifitas masyarakat yang keliru. Dia bisa sampai  ubah kalibernya seperti peluru M16. Ada yang bisa seperti itu, kreatif sekali," tambahnya.


Boy mengatakan, senjata yang disita dari terduga teroris yang tewas dalam baku tembak di Tuban bukan berasal dari Filipina. Itu karena senjata api ilegal dari Filipina jenisnya pabrikan.


Selain senjata rakitan, Kepolisian juga menyita 6 pisau sangkur, 1 kotak peluru, 2 buku tentang jihad, beberapa telepon genggam dan 1 unit mobil.


Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius membela tindakan Densus 88 yang menembak mati terduga teroris di Tuban, Jawa Timur. Kata dia, Densus terpaksa menembak lantaran mereka tidak bersedia menyerah.


Suhardi membandingkannya dengan penindakan terhadap terduga teroris di Banten, Jawa Barat.


"Sekarang kalau mereka bersenjata, ada nggak opsi untuk menyerah? Kan susah juga. Anggota (Densus 88) kan dalam posisi terancam jiwanya. Kalau ditembak, anggota yang mati. Kalau dia menyerah mungkin seperti kejadian di Banten, dari 8 (orang) cuma 1 (yang mati). Kita evaluasi secara obyektiflah," kata Suhardi di kompleks Istana, Senin (10/4/2017).


Suhardi menuturkan, Densus bisa dimintai pertanggungjawaban tentang penembakan tersebut.


"Untuk mengeluarkan pelurunya saja harus ada prosedur kok, apalagi nembak,"


Kejadian di Tuban ini, kata Suhardi, membuktikan masih ada sel-sel jaringan teroris di Jawa. Ia terus mendalami keterkaitan antarjaringan teroris di wilayah lain.


"Sel-sel itu masih ada artinya. Sekarang masih dalam pengembangan, jadi kami memang tidak terlalu terbuka dulu," ujar bekas Kepala Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) ini.


Editor: Rony Sitanggang


 

  • terduga teroris tuban
  • Juru Bicara Polri Boy Rafli Amar
  • Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!