BERITA

Tengah Berladang, Petani Sungai Bedaun Kotawaringin Barat Diserang Orangutan

Tengah Berladang, Petani  Sungai Bedaun Kotawaringin Barat Diserang Orangutan


KBR, Pangkalan Bun- Badri (60 tahun), petani warga Desa Sungai Bedaun, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah diserang  orangutan jantan dewasa berukuran besar hingga mengalami luka-luka. Menurut Syairani, keluarga korban, saat itu korban berada di ladang yang tidak jauh dari desanya.

Kata dia, ladang itu memang berbatasan dengan hutan lebat. Saat beristirahat di pondoknya, Orangutan itu muncul di bawah rumah panggung itu dan menyerang Badri.

"Saya lihat kemarin itu di telapak tangan kanan ada banyak luka sobek, luka gigitan. Bahkan informasi terakhir ada patah tulang di jari telunjuk kalau tidak salah, terus di bagian wajah di pelipis kanan itu sampai ke bawah ke arah muka termasuk yang kena gigitan," kata Syairani, Jumat (10/03).


Warga kemudian melaporkan kejadian itu ke Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kalteng Seksi Konservasi Wilayah II Pangkalan Bun. Warga takut mengambil tindakan yang salah karena orangutan merupakan binatang dilindungi.


Kepala BKSDA Kalteng SKW II Pangkalan Bun Agung Widodo mengaku sudah mendatangi rumah korban. Tim BKSDA bersama tim rescue orangutan sudah menyisir hutan sekitar ladang milik korban, namun tidak menemukan orangutan tersebut.


"Satwa tersebut tidak dilukai barangkali. Tapi karena sama-sama kaget, akhirnya dia menyerang, sempat bergulat, akhirnya Mbah Badri pura-pura mati lalu baru ditinggal sama orangutannya," kata Agung.


Agung  sudah menyebarkan pengumuman kepada masyarakat sekitar untuk  tidak bertindak sendiri dan segera menghubungi BKSDA secepatnya apabila melihat orangutan tersebut.

Editor: Rony Sitanggang

  • Kepala BKSDA Kalteng SKW II Pangkalan Bun Agung Widodo
  • orangutan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!