BERITA

Pertumbuhan Urbanisasi Indonesia Tertinggi di Dunia, Kebutuhan Rumah Jadi Masalah

Pertumbuhan Urbanisasi Indonesia Tertinggi di Dunia, Kebutuhan Rumah Jadi Masalah


KBR, Jakarta - Pertumbuhan perpindahan penduduk dari desa ke kota, atau urbanisasi di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, bahkan melebihi Brasil dan India.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan urbanisasi Indonesia mencapai 4,1 persen. Tingkat pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan India dan Tiongkok yang masing-masing hanya 3,8 persen.


Sri mengatakan urbanisasi di Indonesia menyebabkan daerah perkotaan semakin sesak dan kebutuhan perumahan kian mendesak.


"Di Indonesia kita akan membutuhkan jumlah rumah yang semakin banyak karena proses urbanisasi dan pertumbuhan populasi di perkotaan sangat tinggi dan dia motor penggerak ekonomi yang sangat besar. Karena pembangunan perumahan memiliki keterkaitan dan multiplier effect yang sangat sangat besar. Jadi kalau suatu ekonomi ingin membuat domectic source of growth yang sustainable, maka strategi perumahan menjadi sangat core (inti utama)," kata Sri Mulyani di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (27/3/2017).


Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan komposisi populasi di perkotaan saat ini mencapai 52 persen, dan diperkirakan bakal mendekati 68 persen.


Sementara itu, kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 800 ribu hingga sejuta rumah per tahunnya. Padahal, kemampuan penyediaan rumah oleh sektor swasta hanya 40 persen, serta kemampuan intervensi pemerintah hanya 20 persen. Sehingga, masih ada kekurangan 40 persen yang harus dipenuhi masyarakat secara swadaya.


Tahun ini pun, pemerintah menerapkan dua skema yang mendukung ketersediaan perumahan, yakni alokasi langsung ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta menaikan akses pembiayaan perumahan.


Anggaran pembangunan perumahan melalui KemenPUPR senilai Rp 9,7 triliun untuk mendukung 60 persen masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu, pemerintah juga telah mengucurkan dana untuk PT. Sarana Multigriya Finansial dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) hingga tahun ini mencapai Rp 27 triliun.


Sri berujar, daya beli masyarakat terhadap perumahan pun masih sangat rendah. Kata Sri, daya beli masyarakat teratas yang mampu membeli rumah tanpa intervensi pemerintah hanya 40 persen. Sementara itu, 40 persen kelas menengah mampu membeli rumah, tetapi harus dibantu subsidi pemerintah. Adapun 20 persen sisanya, tak memiliki kemampuan sama sekali dalam membeli.


Dalam pemenuhan perumahan ini, Sri mengakui belum memiliki perhatian khusus. Sri beralasan, selama tujuh bulan menjadi menteri keuangan, dia lebih terkonsentrasi memperbaiki kredibilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Meski begitu, dalam APBN sudah turut mengalokasikan dana untuk mendorong pemenuhan kebutuhan perumahan yang sampai sekarang belum merata.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • Urbanisasi
  • perumahan
  • kebutuhan rumah
  • menteri keuangan
  • sri mulyani

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!