BERITA

Alami Komplikasi Parah, TKI Terduga Korban Pencurian Ginjal Dibawa ke RS Sanglah Bali

Alami Komplikasi Parah, TKI Terduga Korban Pencurian Ginjal Dibawa ke RS Sanglah Bali


KBR, Mataram - Bekas tenaga kerja Indonesia asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, di Denpasar, Bali.

Rabitah sebelumnya dikabarkan menjadi korban pengambilan ginjal secara diam-diam, saat bekerja sebagai buruh migran di Doha, Qatr pada 2014 lalu.


Sri Rabitah yang diduga menjadi korban pencurian organ tubuh mengalami penyakit komplikasi dan tidak mampu ditangani di Nusa Tenggara Barat. Kondisi Sri Rabitah itu disampaikan pendampingnya, Muhammad Shaleh, dari Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran (PBHBM) Mataram.


Shaleh mengetahui kondisi terkini Sri Rabitah dari tim dokter yang menangani pengobatan di Mataram, NTB.


Rabitah diberangkatkan dari Mataram menuju RSUP Sanglah Denpasar melalui jalur darat, pada Kamis (9/3/2017) malam. Sebagaimana dilaporkan reporter radio jaringan KBR, Hanapi dari Radio Mandalika FM, Sri Rabitah diberangkatkan ke Bali dengan didamping beberapa orang dari PBHBM dan keluarga.


"Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter lebih mendalam lewat CT scan, dua kali didapatkan informasi bahwa dia (Rabitah) mengidap beberapa penyakit komplikasi. Dan itu harus ditangani oleh konsultan khusus, yang tidak ada di rumah sakit (Mataram) ini atau di Nusa Tenggara Barat. Itu sudah didiskusikan, dikonsultasikan dengan para dokter senior. Dan itu memang penting dan wajib dirujuk ke rumah sakit di Bali," kata Shaleh di Mataram (10/3/2017).


Baca juga:


Dari tim dokter di Mataram, Shaleh mendapat keterangan mengenai Rabitah. Mengutip dokter, kata Shaleh, Rabitah mengalami kebocoran pada usus, dan ada kemungkinan berhubungan dengan operasi sebelumnya, yang diduga ginjal. Karena sebelumnya, Rabitah tidak pernah mengalami gangguan penyakit seperti itu.


"Bahwa itu (kemungkinan) ginjal karena pertukaran dengan ginjal yang lain atau apapun itu harus kita teliti. Tetapi kalau kita mau analisis pada cerita yang dia ceritakan, tentu memang harus patut menduga tetap ada hubungan dengan kasus hari ini," kata Shaleh.


Para pendamping Rabitah masih tetap percaya dengan kebenaran pengakuan Rabitah. Karena dari beberapa hal terbukti misalnya dari awal memang dibenarkan ada operasi di Qatar.


"Dan ada proses dia dimasukkan ke suatu ruangan dan itu tidak dibantah oleh rumah sakit di Qatar dan kita tinggal menunggu waktu bagaimana kita menguji, bahwa apa yang diderita oleh kawan kita Sri Rabitah itu bisa dibuktikan secara medis," lanjut Shaleh.


Mengenai adanya cairan di dalam tubuh, kata Shaleh, hal itu perlu penelitian lebih lanjut dari dokter. Rabitah akhirnya dirujuk ke RSUP Sanglah, karena kasus seperti yang dialami Sri Rabitah belum pernah ditemukan sebelumnya di Mataram atau di NTB.


"Yang menjadi persoalan pada saat ini Sri Rabitah sedang dalam kondisi sakit yang sangat parah. Persoalan ginjal dan yang lain itu adalah ranah yang lebih spesifik dan itu menjadi tanggung jawab keluarga. Sedangkan pihak pendamping lebih fokus pada soal bantuan hukum yang mungkin akan dilakukan," lanjut Shaleh.


Biaya pengobatan Sri Rabitah di RSUP Sanglah akan ditangani sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Utara. Meski begitu, pendamping dari Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran (PBHBM) tetap akan menggalang dana untuk Rabitah untuk biaya yang lain.


"Kalau dikatakan ini kerja bersama. Ada Pemda Lombok Utara untuk biaya medisnya, tetapi untuk biaya yang lain ada biaya yang dikumpulkan oleh para pemerhati yang peduli pada masalah Rabitah," kata Shaleh.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • Sri Rabitah
  • Lombok Utara
  • Mataram
  • Nusa Tenggara Barat
  • RSUP Sanglah
  • Denpasar
  • Bali
  • kesehatan
  • pencurian ginjal

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!