SAGA

[SAGA] Mendermakan Barang-barang Mantan di Festival Melupakan Mantan

[SAGA] Mendermakan Barang-barang Mantan di Festival Melupakan Mantan

KBR, Yogyakarta - Deretan foto muda mudi dengan bermacam ekspresi, mengisi sudut ruang di galeri Ruang Kenangan, Yogyakarta.

Tapi tak hanya foto yang dipajang, persis di sampingnya aneka barang ditautkan –mulai dari boneka Doraemon, lipstik, hingga jersey klub PSIM. Semua benda-benda itu kemudian ditata apik hingga menjadi karya seni instalasi.


Rupanya ini adalah bagian dari Festival Melupakan Mantan, dan Zianati Krisjayusman –pelajar SMK di Yogyakarta, jadi salah satu pengisi. Perempuan yang biasa disapa Asti ini sempat berpacaran selama enam bulan dengan teman SMPnya. Tapi, akhirnya putus karena Asti ingin fokus pada ujian sekolah.  


“Pacaran selama enam bulan terus putus karena mau fokus sekolah dan dia maunya main, kita nggak sejalan. Sewaktu itu aku 3 SMP mau ujian dan nggak mau diganggu siapapun,” ujar Asti pada KBR.


Dia lantas memutuskan untuk memboyong semua pemberian sang mantan kekasih ke pihak panitia; salah satunya jersey klub PSIM. "Dari pacar dulu dapat jaket, jersey, dan boneka. Berkesan sih. Tapi daripada barang tak terpakai jadi mending disumbangkan ke orang yang membutuhkan atau didonasikan pada anak yatim piatu atau yang membutuhkan," sambungnya.


Kata Asti, jersey klub sepakbola Kota Yogyakarta itu ia simpan hanya demi menghargai kekasihnya yang menggemari PSIM. Meski ia sendiri tak suka sepakbola.


Namun putus dari sang pacar, tak mudah bagi Asti. Itu mengapa ia ikut festival ini –berharap bisa melupakan mantan dan menjajaki langkah move on.  


"Aku berterima kasih karena setelah dia meninggalkan aku, aku jadi lebih semangat belajar semangat kejuruan tata busana. Balas dendam terbaik sama pacar kan berprestasi nggak hanya cantik aja," pungkas Asti.


Penanggung jawab Festival Melupakan Mantan, Seto Prayogi, bercerita ide menyulap barang-barang mantan pacar menjadi karya seni sengaja dilakukan. Tujuannya supaya kegalauan atau kesedihan tak melulu diumbar para muda mudi jika putus cinta.


"Festival melupakan mantan ini ketiga. Pertama dan kedua tema sharing. Yang ketiga konsep besarnya pameran. Kita pengen, dalam bahasa anak sekarang membekukan kenangan. Kalau biasanya mereka dilakukan di sosial media dengan tulisan dan foto, kita bawa ke ranah seni rupa tapi bukan ala seniman tapi ala anak muda sepenangkapan mereka. Kita bawa ke situ dengan temanya kesah atau kepergian," kata Seto Prayogi.  


Seto juga mengatakan, barang-barang ini nantinya akan disumbangkan ke panti-panti asuhan.


Dan yang membuat takjub, kata Seto, mereka yang patah hati setelah ikut kegiatan ini, tak lagi murung. Ini pula yang jadi alasan Festval Melupakan Mantan dibuat menyenangkan.


"Biasanya hal-hal seperti itu kayak galau dan sedih, kita pengen bawa itu ke gathering. Setelah datang bareng ternyata hal yang biasanya sedih bisa dibawa guyon. Aku pengin bawa tema ini lebih fun. Udahlah galaumu cukup kemarin. Ketika kamu sampai sini galau itu dibawa menjadi menarik. Setelah jadi menarik kita bisa mikir kita mau ngapain kita mau bikin karya apa," sambung Seto.  


Dan bagi pengunjung festival ini, pihak panitia menyiapkan medium khusus berupa kertas origami yang dibisa ditulis apa saja. Entah unek-unek atau curhatan.


"Tahun ini awalnya membawa foto mantan kemudian kita tambah dengan membuat goresan kenangan. Artinya semua orang pasti bisa menulis di situ. Kita sediakan alat bahan. Kita jadikan galeri besar bersama. Aku ingin semua terlibat di situ nggak cuma nonton hiburan tapi terlibat di situ nggak cuma nonton pameran tapi mereka terlibat juga ikut aku juga peserta pameran," ujarnya.


Selama tiga hari, Festival Melupakan Mantan digelar –lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya. Dan Seto berharap, gelaran ini juga bisa jadi ikon wisata unggulan Yogyakarta.


"Semoga jadi referensi agenda wisata Jogja. Sempat kepikiran diadakan di kota lain. Kenapa nggak kita bikin jadi brandnya Jogja sekalian. Ke depan moga dengan teman dan suport yang makin banyak bisa jadi ikon Yogyakarta," harap Seto.





Editor: Quinawaty  

  • festival melupakan mantan
  • Yogyakarta

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!