HEADLINE
Ponpes Waria di Yogya Ditutup
""Tidak pada tempatnya kalau mengaku orang Islam malah melakukan represi terhadap orang yang ingin menjadi muslim""
Risna Sari
KBR, Yogyakarta- Pembina Pondok Pesantren Waria Al Fatah, menyesalkan Ponpes waria yang terletak di Kotagede Yogyakarta harus ditutup sementara. Menurut Pembina Al Fatah, Kyai Abdul Muhaimin hal tersebut terpaksa dilakukan karena tiadanya perlindungan yang diberikan.
“Seharusnya dibantu mencarikan jalan keluar. Diperlancar. Tidak pada tempatnya kalau mengaku orang Islam malah melakukan represi terhadap orang yang ingin menjadi muslim dengan segala potensinya dan keterbatasan. Orang beribadah seharusnya harus dilindungi dan diberi kemerdekaan,”ujar Kyai Abdul Muhaimin yang juga pendiri dan pengasuh pesantren putri Nurul Ummahat.
Muhaimin juga menyayangkan intimidasi yang dilakukan oleh Front Jihad Islam, yang akhirnya berbuntut penutupan tersebut. Selama penjadi pengasuh di ponpes, tidak ada ajaran yang menyimpang dan negatif.
Muhaimin melanjutkan, “tidak ada yang negatif. Kalau seperti ini mereka mau belajar di mana?”
Sebelumnya, pemimpin Pesantren Waria Al Fatah Shinta Ratri menghentikan kegiatan ponpes hingga batas waktu yang belum ditentukan. Penghentian disampaikan setelah bertemu dengan Front Jihad Islam Rabu (24/2) malam.
Dalam pertemuan tersebut juga dibacakan surat keberatan dari FJI terkait keberadaan pesantren waria. Melalui sambungan telpon, Kapolsek Banguntapan Bantul Suharno mengklaim penutupan sementara
tersebut berasal dari pemimpin ponpes dan tidak ada paksaan.
Sebelumnya Pesantren waria Al Fatah melaporkan Front JIhad Islam (FJI) ke
polisi. Kuasa hukum pondok pesantren Waria Al Fatah dari Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Aditya mengatakan laporan disampaikan
terkait perbuatan yang tidak menyenangkan dan menyebabkan anggota Ponpes
Waria Al Fatah resah sesuai dengan pasal 336 KUHP.
Menurut Aditya kedatangan FJI membuat anggota Ponpes takut dan terpaksa mencari perlindungan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
"Kerugiannya yang pertama adalah psikis dari anggota Ponpes yang menjadi
hal utama. Dan ini kami laporkan ke Polsek Banguntapan Bantul," ujar
Kuasa hukum pondok pesantren Waria Al Fatah dari Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) Yogyakarta, Aditya kepada wartawan di Ponpes Waria Al Fatah, Jumat
(19/2).
Selain itu, LBH juga meminta Polisi untuk mengusut pelaku yang telah
menyebarkan informasi tentang rencana penyerbuan ke Ponpes. Dengan UU
ITE, maka pelaku penyebaran informasi tersebut dapat dikenai hukuman.
"Klien kami menerima ancaman itu melalui media Whatsup. Jika FJI tidak
merasa menyebarkan, untuk itu kami mengajak FJI untuk memberikan
klarifikasi tentang hal itu."
Selain itu, LBH juga meminta Polisi menjaga Ponpes Waria karena hal
tersebut merupakan hak setiap warga negara untuk mendapatkan keamanan.
Pemimpin pondok pesantren Waria Al Fatah mengaku takut saat menerima pemberitahuan rencana kedatangan Front Jihad Indonesia (FJI). Pemberitahuan tersebut berasal dari Polsek Banguntapan serta media Whatsup yang diterimanya pukul 08.00 WIB hari ini.
Menurut Sinta Ratri, adanya ancaman itu membuat dirinya dan anggota ponpes lainnya memilih pergi dan mencari perlindungan karena merasa takut.
"Kami menerima pemberitahuan pertama dari Polisi Banguntapan, kemudian
dari Whatsup. Keadaan saat itu kami bingung dan kalut, harus bagaimana,
akhirnya kami cari tempat perlindungan."
Menurut Sinta, ancaman tersebut baru pertama kali mereka terima selama
kegiatan keagamaan tersebut dilakukan di Kotagede. Dirinya merasa heran
dengan ancaman tersebut, karena selama dua tahun di Kotagede mereka
tidak melakukan kegiatan negatif, bahkan selalu mengikutkan warga.
"Kami selalu mengundang warga dan kegiatan kami selalu terbuka, tidak pernah ditutupi." Kata Sinta
Setelah menerima ancaman hari ini, Pondok pesantren akan tersebut akan
tetap melakukan kegiatannya. Adapun Kegiatan yang dilakukan setiap hari
Minggu sore adalah, sholat maghrib berjamaah, tausiah, diskusi, serta
makan malam bersama.
Editor: Rony Sitanggang
- LGBT
- pesantren waria
- Kyai Abdul Muhaimin
- al fatah
- Shinta Ratri
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!