OPINI

Persuasif

Ilustrasi: Persuasi

Belasan warga dan relewan di Desa Glagah Kulon Progo Yogyakarta terluka akibat kekerasan aparat. Warga bersama para aktivis menolak penggusuran lahan untuk pembangunan bandar udara. Alih-alih menghadapi penolakan dengan musyawarah,  aparat gabungan dari kepolisian, Satpol PP, juga TNI justru menghadapi dengan kekerasan. Tak pandang bulu, ibu-ibu yang turut aksi menolak juga dihadapi dengan kekerasan dan dilecehkan.

Ini untuk kesekian kalinya penolakan warga dihadapi dengan kekerasan. Korban berjatuhan baik dari warga maupun aktivis pendamping. Bulan lalu  Menteri Perhubungan meminta agar konflik lahan bandara itu diselesaikan dengan cara persuasif. Tapi di lapangan bukan cara halus bujukan yang digunakan, justru alat berat dan kepalan tangan yang dikedepankan.

Pemerintah mesti menghentikan pelibatan atau penggunaan aparat untuk menyelesaikan konflik. Apalagi aparat bersenjata punya kecenderungan memilih cara represif dari pada persuasif yang relatif membutuhkan waktu. Penggunaan mediator atau jalur hukum akan lebih elegan.

Dengan mediator, maka tidak ada yang bakal dirugikan dengan pembangunan infrastruktur. Terutama bagi warga yang menggantungkan hidup pada tanah yang mereka garap. Semena-mena menggusur sumber penghidupan tanpa memberi alternatif hanya akan mematikan warga dan memperluas penolakan.  

  • Desa Glagah Kulon Progo
  • demonstrasi menolak penggusuran
  • kekerasan aparat
  • persuasif

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!