SAGA

[SAGA] Bemo Baca Kinong: Bagi Saya Ini Kebahagiaan yang Tak Ada Nilainya

[SAGA] Bemo Baca Kinong: Bagi Saya Ini Kebahagiaan yang Tak Ada Nilainya

KBR, Jakarta - Belasan bocah-bocah sekolah Paud Nusantara di Rusun Karet Tengsin, Jakarta Pusat, berlarian menuju halaman sekolah begitu tahu bemo bercat ungu datang.

Kendaraan roda tiga itu milik Sutrisno Hadi alias Kinong. Begitu memarkir bemonya, Kinong dengan cekatan merapikan beragam buku agar mudah diambil bocah-bocah itu. Mulai dari buku cerita, majalah anak-anak, hingga pengetahuan umum, ditata di rak. Ada pula yang disimpan di kotak plastik.


Pria berusia 58 tahun ini sudah empat tahun melakukan aktivitas menebar virus membaca kepada anak-anak. Ide tersebut lahir ketika bertemu sosiolog dari Universitas Indonesia, Imam Prasodjo. Ketika itu, Imam menyarankannya bikin perpustakaan keliling menggunakan bemo.


Tapi mulanya, ia ragu menjalankan saran Imam Prasodjo, lantaran terbentur persoalan ekonomi sehari-hari. Namun berkat binaan dari dua dosen di Universitas Tarumanegara, Arief Adiyawan dan Enrico Halim, ia akhirnya menerapkan juga niat mulia tersebut.


Oleh Arief dan Enrico, Kinong dibantu mencari sponsor yang bersedia memberi buku. Bahkan keduanya pernah mendapat sponsor berupa mesin tenaga listrik untuk bemo milik Kinong. Sayang, mesin tenaga listrik itu hanya beratahan satu tahun.


“Akhirnya dengan binaan dua orang dosen itu saya secara tak langsung seperti orang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pada awalnya saya merasa kayak sampah masyarakat yang nggak ada gunanya,” kata Kinong ketika ditemui KBR.


Perpustakaan keliling itu lantas dinamai Bemo Baca. Ia menyulap bemo bagian belakang dengan memasang rak buku berwarna kuning. Dimana atap belakang, seluruhnya diganti dengan kanvas sehingga anak-anak leluasa mengambil buku.


Dari aksinya, Kinong tak dibayar apapun. Imbalannya, ia merasa senang melihat bocah-bocah mengerubungi bemonya.


“Itu bagi saya kebahagiaan yang tidak ada nilainya. Walaupun jerih payah ini hasilnya Allah yang yang bayar, tapi usaha saya disukai banyak orang, anak-anak, dan guru-guru itu sudah bangga banget,” sambungnya.


Kepala Sekolah Paud Nusantara, Sumitri, mengatakan tak pernah keberatan dengan kehadiran Kinong dan bemonya. Justru kedatangan Bemo Baca, menambah minat baca siswanya. Apalagi bemo, jadi daya tarik tersendiri di mata bocah-bocah itu.


“Harapan saya Pak Kinong selalu hadir di sini seminggu sekali paling tidak. Saya harapkan Pak Kinong seterusnya membantu anak-anak,” harap Sumitri.


Hal senada juga diungkapkan salah satu wali murid, Sri Marhayati. Kata dia, meskipun cucunya belum bisa membaca tapi setidaknya punya kecintaan terhadap buku sejak dini. Apalgi banyak buku-buku yang manyajikan gambar seperti tumbuhan dan binatang.


“Senang sih anak-anak. Kalau Bemo datang (anak-anak) langsung pada ngambil buku, berebut. Kalau mau baca langsung ambil buku, walaupun belum bisa baca tapi semangatnya ada,” ujar Sri.


red

(Anak-anak PAUD Nusantara membaca di Bemo Baca milik Kinong. Foto: Gilang Ramadhan/KBR)


Sementara itu, istri Kinong, Dyah Aprianti, mengaku bahagia dengan apa yang dilakoni suaminya. Ia pun tak masalah kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Bagi Dyah, yang penting seluruh anggota keluarga bisa makan dan anak-anaknya bisa sekolah.


“Kalau menurut saya sih saya setuju dengan apa yang dia kerjakan, biar anak-anak saya bisa baca. Tadinya anak saya nggak bisa baca,” tutur Dyah.


Jerih payah Kinong, toh berbuah manis. Ia mendapat penghargaan sebagai sopir bemo inspiratif dari Kedutaan Besar Inggris pada 2016. Dari situ, ia mengantongi hadiah Rp20 juta.


Tak hanya itu, Presiden Joko Widodo juga memberikan apresiasi. Ia dan bemo kutu bukunya diundang ke Istana Negara pada peringatan Hari Pendidikan Nasional Mei 2017. Di situ Kinong sempat menanyakan larangan bemo sebagai angkutan.


“Memang beliau sendiri sudah menyatakan kalau untuk kegiatan seperti ini monggo, artinya kan silahkan. Tapi kalau untuk angkutan umum sudah dilarang berarti kan sudah nggak boleh,” kenang Kinong.


Tak lama setelah pertemuan dengan Presiden, Dinas Perhubungan Pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan surat edaran pelarangan bemo sebagai angkutan pada 6 Juni 2017. Semenjak itu, Kinong tak bisa menjalankan bemonya untuk menarik penumpang.


Kinong pun kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya operasinal bemo kutu buku. Alhasil, ia hanya bisa menjalankan Bemo Bacanya satu atau dua kali dalam seminggu. Padahal sebelumnya, bisa lima kali dalam seminggu.


Beruntung, pada November 2017 Kinong ditawari bermain dalam film yang digawangi komedian Indro Warkop. Bemo miliknya disewa untuk menjadi properti film.


Hasil pembayaran dari kontrak dalam film itu, katanya, akan digunakan untuk menghidupi keluarganya, biaya operasional Bemo Baca, dan modal usaha. Kinong berencana berjualan buah-buahan segar menggunakan bemonya pada awal 2018. Sehingga ia bisa menjual buah sambil menjalankan perpustakaan kelilingnya.


“Siapa tahu dari hasil upaya jualan buah sehat ini nanti bisa menghasilkan untuk keluarga dan operasional si bemo perpustakaan. Mudah-mudahan semuanya bisa berjalan. Hal itu baru kita upayakan mungkin awal tahun 2018,” kata Kinong berharap.





Editor: Quinawaty

 

  • bemo baca
  • kinong
  • PAUD Nusantara
  • gerakan membaca
  • literasi
  • jakarta

Komentar (2)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • hasbi6 years ago

    bemo? 2018? udah gak ada kaleeee

  • hasbi6 years ago

    bemo? 2018? udah gak ada kaleeee