BERITA

Spesies Hiu Berjalan di Indonesia Terancam Punah

Spesies Hiu Berjalan di Indonesia Terancam Punah

KBR, Jakarta - Kebanyakan orang menganggap ikan hiu bergerak dengan berenang. Namun sebetulnya ada spesies hiu yang bergerak dengan berjalan, atau menggunakan siripnya untuk merangkak. Saat ini diketahui ada sembilan spesies hiu berjalan yang masuk kelompok hiu bambu (bamboo shark) di dalam genus Hemiscyllium.

Yang mengejutkan, dari sembilan spesies hiu berjalan itu, lima spesies diantaranya ada di Indonesia!


Spesies-spesies itu kemudian dikenal sebagai hiu berjalan (walking shark) karena bergerak di dasar laut menggunakan sirip seperti melata atau berjalan merangkak. Umumnya hiu berjalan ini tinggal di perairan dangkal dan bisa dilihat di malam hari.


Salah satu pionir dari kajian studi hiu berjalan adalah Dr Mark Erdmann, Wakil Presiden Program Kelautan di Conservation Intertional untuk wilayah Asia. Menurut Mark Erdmann, hiu berjalan umumnya baru bergerak dari tempat persembunyian pada malam hari untuk mencari makan, dengan buruan seperti udang, kepiting, ikan kecil atau hewan moluska (hewan lunak) seperti cumi-cumi, siput dan lain-lain.


"Perairan Indonesia yang tinggi keragaman hayati lautnya ini ternyata merupakan habitat Hiu Berjalan. Lima dari sembilan spesies sudah berhasil ditemukan dan diidentifikasi berada di perairan Indonesia," begitu keterangan dari Conservation International (CI) Indonesia dalam rilis yang diterima KBR, Rabu (11/1/2017).


Bahkan dari jumlah itu, empat spesies termasuk endemik atau hanya ada di Indonesia, yaitu Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium freycineti), Hiu Berjalan Teluk Cendrawasih (Hemiscyllium galei), Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium halmahera), dan Hiu Berjalan Teluk Triton Kaimana (Hemiscyllium henryi).


"Satu spesies lainnya yaitu Hemiscyllium trispeculare ditemukan di perairan Aru Maluku, namun spesies ini hidup juga di pantai utara dan barat Benua Australia," begitu keterangan CI Indonesia.


Di Raja Ampat, Papua Barat, hiu berjalan memiliki sebutan Kalabia.




Berdasarkan catatan CI Indonesia, Hiu Berjalan Raja Ampat ditemukan pertama kali di Raja Ampat, Papua Barat pada 1824. Kemudian pada 2008 ditemukan Hiu Berjalan Triton Kaimana, disusul Hiu Berjalan Teluk Cenderawasih. Terakhir, para ahli menemukan spesies endemik Hiu Berjalan Halmahera di perairan Halmahera pada 2013 lalu.


Lembaga Conservation International (CI) Indonesia melakukan studi bersama sejumlah lembaga seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Western Australian Museum, dan California Academy of Science terhadap sembilan spesies hiu berjalan tersebut.


"Sementara ini menyimpulkan bahwa daerah sebaran sembilan spesies hanya ternyata terbatas di wilayah cincin utara Benua Australia, Papua Nugini, Perairan Papua Barat, Halmahera, dan Aru," tulis CI Indoneia.


Temuan ini merupakan perkembangan hasil temuan sebelumnya yang menunjukkan daerah sebaran yang luas dari bagian utara Benua Australia, Papua Nugini, hingga Seychelles di Samudera Hindia dan Pulau Solomon di Pasifik.


Sayangnya pantauan berkala yang dilakukan CI di perairan Papua Barat menunjukkan populasi hiu berjalan kini terancam punah, karena daerah sebaran yang terbatas.


Diperkirakan spesies unik ini terancam karena aktivitas alam seperti bencana angin siklon hingga tsunami, sampai ke ancaman karena aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan secara sembarangan, tumpahan minyak, peningkatan suhu, kerusakan pantai, reklamasi pembangunan pantai hingga industri pariwisata yang tidak berkelanjutan.


Direktur Program Kelautan dari CI Indonesia, Victor Nikijuluw mengatakan selama ini salah satu daya tarik pariwisata kelautan adalah dengan kehadiran hiu konvensional maupun hiu paus. Namun, hiu berjalan sebetulnya juga menjadi daya tarik.


"Dengan melakukan snorkling atau berperahu di perairan dangkal, Hiu Berjalan akan mudah dijumpai. Namun karena spesies ini mudah ditemukan, ancaman keberlanjutannya juga semakin besar. Karena itu, sebaiknya spesies ini tidak diganggu ketika kita sedang berwisata di pesisir. Kita jangan merusak terumbu karang serta padang lamun yang merupakan habitat serta tempat mereka memijah. Kerusakan habitat dapat mengancam kelestariannya, sedangkan bila dikonservasi dengan baik maka kehadiran spesies ini akan menjadi pesona pariwisata yang unik dan meningkatkan nilai pariwisata," kata Victor Nikijuluw.


Lingkungan terbatas

Pakar hiu dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Fahmi menjelaskan sebaran hiu berjalan terbatas diantaranya hewan ini memiliki sifat biologi yang unik yang berbeda dengan spesies ikan terumbu karang lain. Kelompok ikan hiu ini memiliki kemampuan berenang yang terbatas dan amat tergantung pada habitat dan kedalaman tertentu sehingga tidak sanggup bergerak jarak jauh dan tidak memiliki potensi sebaran yang tinggi.


Selain itu, tipe reproduksi dari kelompok hiu ini adalah dengan meletakkan telurnya pada substrat (tempat menempelkan telur ikan) tertentu untuk kemudian menetas dan berkembang menjadi menjadi individu dewasa pada habitat yang sama.


Fahmi mengatakan hasil temuan ini akan dikomunikasikan kepada pemerintah daerah sebagai pengelola kawasan pesisir untuk mendorong perlindungan bagi spesies hiu berjalan di Indonesia.


"Sejauh ini, baru spesies hiu berjalan yang ada di Raja Ampat yang dilindungi Perda Nomor 9 Tahun 2012 mengenai Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta, dan Jenis-jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Raja Ampat. Padahal, menanggapi ancaman yang dihadapi oleh spesies hiu berjalan, perlu ada perlindungan yang menyeluruh terhadap semua spesies hiu berjalan yang ada di Indonesia," kata Fahmi.


Fahmi menambahkan saat ini kelompok Hiu Berjalan merupakan kelompok ikan hiu yang sering dijadikan ikan hias dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Apalagi ukurannya yang relatif tidak sebesar hiu lain menimbulkan daya tarik untuk ditempatkan di akuarium. Beberapa negara maju bahkan sudah melakukan upaya budidaya spesies hiu berjalan untuk kepentingan komersial.


"Perlu ada upaya pengelolaan terhadap jenis hiu ini dan habitatnya, agar jangan sampai jenis hiu tersebut banyak ditemukan di akuarium-akuarium ikan hias namun sulit ditemukan di habitat aslinya," kata Fahmi.


Lembaga CI Indonesia mendorong agar Kementerian Kelautan dan Perikanan yang sudah merumuskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Pengelolaan Hiu dan Pari untuk memperluas cakupan spesies hiu, termasuk memasukkan spesies hiu berjalan.


CI Indonesia juga mendorong agar pemerintah daerah seperti Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Kaimana di Papua Barat memperhatikan ancaman kepunahan spesies hiu unik ini dalam pembangunan berkelanjutan, terutama di sektor pariwisata.


Sementara itu di tingkat internasional, CI mendorong agar International Union for the Conservation of Nature (IUCN) memasukkan spesies hiu berjalan dalam Daftar Merah (Red List) spesies yang terancam punah. Red List memang tidak mencantumkan aturan perlindungan terhadap satwa yang terancam punah, namun daftar itu bisa dijadikan rujukan bagi negara dalam kebijakan perlindungan satwa yang masuk daftar ancaman. 

  • Conservation International
  • CI Indonesia
  • Red List
  • IUCN
  • satwa langka
  • satwa terancam punah
  • LIPI
  • Hiu
  • Hiu Berjalan

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Amir7 years ago

    Di perairan sulsel juga ad. Skitar kurang lebih satu tahun yang lalu tanpa di sengaja ak MelihatNya saat itu aku sedang Berburuh ikan konsumsih di malam hari. Hiu berjalan itu menpunyai sarang di rumput rumput hijau dan berlubang. Dan Ada 3 ekor hiu berjalan lubang itu tpi saat itu tdak tau jika hiu itu berjalan aku pikir hiu itu sama aja dengan hiu lain soalnya ukrang nya ngga terlalu besar dalam pikiranku mukin ini bayi hiu y baru mlahirkan dan melwatinya menbiarkan begitu sja. Ak tak tau apa hiu itu masih ada dsekitar tmpat biasa aku menemukanya atau sudah punah