BERITA

Debat Cagub Jakarta Besok Bisa Klarifikasi Hoax

""Jadi masyarakat bisa mengonfirmasi, apakah isu yang beredar selama kampanye benar atau tidak. Jadi ini baik untuk menangkal isu-isu yang berkaitan dengan hoax,""

Bambang Hari

Debat Cagub Jakarta Besok  Bisa Klarifikasi Hoax
Ilustrasi: 3 pasangan calon kepala daerah Jakarta. (Sumber: Insta Anies)


KBR, Jakarta- Debat calon kepala daerah DKI bisa dijadikan momentum untuk mengklarifikasi isu negatif yang menimpa pasangan calon. Direktur Riset Populi Center Usep Ahyar berpendapat, para pasangan calon bisa memberikan informasi yang akurat, sekaligus mengklarifikasi isu negatif yang dialamatkan kepadanya.

"Calon yang bersangkutan berkesempatan untuk memberikan informasi yang lebih akurat, yang bisa dipertanggungjawabkan. Bukan berdasarkan rumor, desas-desus dan juga isu-isu yang berkembang. Jadi masyarakat bisa mengonfirmasi, apakah isu yang beredar selama kampanye benar atau tidak. Jadi ini baik untuk menangkal isu-isu yang berkaitan dengan hoax," ujar saat acara diskusi di Kantor KPU Jakarta, Kamis (12/01).


Usep  menambahkan, debat juga mampu meredakan sentimen negatif antarpendukung calon. Komisi Pemilihan Umum wilayah DKI telah menetapkan jadwal debat terbuka bagi calon gubernur dan calon  wakil gubernur DKI. Debat terbuka pertama akan diadakan pada besok 13 Januari 2017. KPU DKI   mewajibkan tiap pasangan calon menghadiri debat tersebut.


Pemilih Loyal

Direktur Riset Populi Center Usep Ahyar  meyakini ajang debat calon gubernur-calon wakil gubernur DKI Jakarta sulit mempengaruhi pemilih loyal. Menurut Usep, pemilih loyal cenderung bersikap subjektif dan menutup pandangannya meski calon lain memiliki program yang lebih baik.

Dia berpendapat debat  besok akan sangat berpengaruh pada massa mengambang. Populi Center kata Usep, mencatat jumlah swing voter untuk pemilihan kepala daerah di DKI sebesar 30 persen. Sementara pemilih loyal sebanyak 66 persen.


"Kalau dilihat karakter pemilih debat ini berpotensi mempengaruhi orang-orang, yang dalam konteks politiknya masih swing voter, masih belum mantap. Kalau yang sudah mantap, mereka takkan berpengaruh. Ajang debat ini malah akan menutup obyektifitasnya terhadap pilihannya," katanya.


Terkait hal tersebut, Pengamat Politik Ray Rangkuti menyebut debat calon gubernur dan calon wakil gubernur sangat berpengaruh untuk mendongrak elektabilitas pasangan calon. Bahkan kata dia, debat terbuka juga bisa menentukan pemilihan berlangsung satu atau dua putaran.


"Umpamanya ada sekitar 30 persen suara yang diperebutkan. Ada satu pasangan saja yang sanggup meraih 20 persen dari jumlah 30 persen itu, maka hampir dipastikan pilkada DKI akan berlangsung satu putaran saja," imbuhnya.


Agus Harimurti Yudhoyono diprediksi akan menjadi fokus perhatian saat debat publik terbuka sesi pertama. Pengamat Politik Ray Rangkuti menyebut, publik penasaran dengan kemampuan berdebat Agus, sebab pasangan calon nomor urut tiga itu belum sekalipun mengikuti acara debat seperti dua calon lain, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno


"Titik perhatiannya justru pada Agus. Jadi yang akan ditunggu masyarakat ada dua; debatnya itu sendiri, dan juga penampilan Agus dalam debat pertama. Masyarakat penasaran bagaimana kira-kira Agus Yudhoyono tampil dalam debat terbuka. Itu sebabnya banyak orang yang menunggu debat terbuka ini," kata dia.


Dua stasiun televisi, yakni Kompas TV dan NET TV masing-masing telah menyelenggarakan satu kali debat. Dua acara debat itu hanya dihadiri oleh pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga. Sementara Agus beralasan, ia memilih absen dalam dua kali kesempatan debat itu, lantaran kesibukannya berkampanye. Meski begitu, Agus memastikan siap menghadiri debat terbuka resmi yang diselenggarakan KPU, mulai besok malam.  


Editor: Rony Sitanggang

  • debat pilkada jakarta
  • Direktur Riset Populi Center Usep Ahyar
  • Pengamat Politik Ray Rangkuti

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!