BERITA

Air Tercemar Lumpur PLTP, Pengrajin Tahu Kalisari Protes

" Ratusan pengrajin di desa sentra tahu Kalisari, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, mengaku produksinya terganggu akibat tercemarnya aliran sungai."

Muhamad Ridlo Susanto

Air Tercemar Lumpur PLTP, Pengrajin Tahu Kalisari Protes
Seorang warga tengah membersihkan peralatan di selokan yang berimpitan dengan pusat biolita, instalasi pegubah limbah tahu menjadi gas metana di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok, Banyumas. Selokan ini


KBR, Banyumas - Ratusan pengrajin di desa sentra tahu Kalisari, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, mengaku produksinya terganggu akibat tercemarnya aliran sungai oleh pembangunan jalan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) lereng Gunung Slamet.

Kepala Desa Kalisari, Aziz Samsuri, mengatakan pengrajin tahu di desanya terpaksa menyimpan air bersih dalam jumlah banyak untuk diendapkan terlebih dahulu sebelum dipakai untuk merendam kedelai dan membersihkan kotoran. Pasalnya, aliran sungai di desanya turut terdampak lumpur yang disebabkan adanya pembangunan jalan menuju pusat pengeboran PLTP.


Jika tidak diendapkan, kata Aziz, tahu yang diproduksi terancam gagal. Sebab, air yang digunakan dalam produksi tahu harus higienis dan benar-benar bening. Hal itu menurut dia, menganggu para pengrajin tahu. Akibatnya, mereka memilih mengurangi produksi.


“Karena kan produksi tahu itu pakai air semuanya. Kalau air keruh ya jelas terganggu lah. Cuma, kita akali kalau malam kan agak bening. Kita mendando air atau menyimpan air yang banyak. (Selain itu dampaknya juga) ke pertanian dan perikanan. Terutama perikanan,” jelas Aziz Samsuri saat dihubungi KBR, Rabu (25/1/2017).


Di Desa Kalisari, terdapat 250-an pengrajin tahu aktif. Semua pengrajin menggunakan aliran sungai yang kini terdampak lumpur.


Aziz mengungkap, pihaknya sudah melaporkan dampak keruhnya air ini ke Posko yang didirikan pelaksana proyek PLTP pada Sabtu lalu. Pihak PLTP, kata dia, meminta diberi waktu hingga sepekan untuk menjernihkan aliran sungai.


Sementara itu, Kepala Desa Kalisari, Aziz Samsuri, mengatakan dampak lumpur mempengaruhi perikanan dan pertanian. Pasalnya air keruh menyebabkan banyak petani ikan mengeluh karena sumber pengairannya tercemar. Namun begitu, belum ada laporan adanya ikan mati di kolam masyarakat.


Hal ini menurut Aziz berbeda dengan wilayah desa lain yang lokasinya berada di hulu sungai Krukut, misalnya Desa Karangtengah dan Sambirata. Dia mengaku mendapat informasi banyak ikan yang mati akibat pekatnya air sungai akibat lumpur pembangunan jalan PLTP.


Pada kesempatan berbeda, Pelaksana Proyek PT SAE, Paulus Suparno mengatakan pihaknya tengah melakukan upaya pengurangan dampak pencemaran air. Antara lain, dengan membangun kolam penampung lumpur (ponds), pengerasan jalan menggunakan batu koral serta akan membuat filter untuk dipasang di aliran sungai.


Dilaporkan, sebanyak 11 desa di dua kecamatan, yakni Kecamatan Cilongok dan Ajibarang dilaporkan terdampak pembangunan jalan menuju pusat sumur panas bumi PLTP yang kini sudah mencapai 3,5 kilometer dari total sepanjang 6,5 kilometer. Paulus juga berjanji untuk membuat bak penampungan air dan saluran air dari pusat mata air agar aliran air bersih ke warga tak terganggu.





Editor: Quinawaty 

  • pengrajin tahu
  • desa kalisari
  • Banyumas

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!