CERITA

2015-08-17T17:00:00.000Z

'Pria tidak bisa berjalan menggunakan sepatu hak tinggi'

"Inilah kampanye unik di India untuk kesetaraan gender: para pria turun ke jalan memakai sepatu hak tinggi. "

Para peserta kampanye Walk in Her Shoes yang pertama di India. (Foto: Bismillah Geelani)
Para peserta kampanye Walk in Her Shoes yang pertama di India. (Foto: Bismillah Geelani)

Di sebuah taman terbuka di New Delhi puluhan laki-laki dan perempuan muda sedang bersiap-siap mengambil bagian dalam aksi jalan kaki yang istimewa.

 

Namanya Heel-a-thon atau jalan kaki dengan sepatu hak tingggi. Semua orang memakai kaos putih dan sepatu hak tinggi. Meski hujan, mereka tetap bersemangat.

 

Gaurav Kumar yang berusia 19 tahun berada  di barisan pertama bersama 5 orang lain. Dia baru berjalan satu meter lalu kembali sambil terpincang-pincang dan tertawa.  


“Pria tidak bisa berjalan pakai sepatu hak tinggi. Ini kali pertama saya mencobanya karena semua orang di sini mengatakan, jika perempuan bisa mengapa laki-laki tidak? Jadi saya menganggapnya sebagai tantangan karena saya pikir kami lebih kuat dan bisa mengalahkan mereka dengan mudah. Tapi sekarang saya menyadari sebaliknya. Mereka jauh lebih hebat,“ aku Gaurav Kumar.

 

Tapi banyak laki-laki seperti Aman Deep - dia berhasil menyelesaikan jalan kaki pakai sepatu hak tinggi, juga mendapatkan hadiah.


“Kaki saya terasa sakit tapi saya pikir ibu dan adik saya bisa memakainya sepanjang hari. Mereka melakukan semua hal dan tidak pernah mengeluh. Itu memberi saya kekuatan. Saya salut pada mereka.”

 

Aksi jalan berjudul ‘Walk India in Her Shoes’ adalah versi India untuk Walk a mile in her shoes, sebuah kampanye global yang berupaya meningkatkan kesadaran soal kekerasan terhadap perempuan.


“Menjadi perancang sepatu membuat hidup saya berputar di sekitar sepatu. Dan tentu saja saya berpikir untuk melakukan sesuatu dengan sepatu. Yang saya tahu sepatu hak tinggi merupakan hal penting bagi perempuan. Bagi saya itu adalah simbol keperempuanan. Ini mewakili rasa sakit dan kesenangan, kata perancang sepatu Swati Mehrotra, penggagas acara ini.

 

“Menurut saya membuat pria memakai sepatu hak tinggi dan mencobanya beberapa saat adalah cara yang baik untuk membuat mereka mengerti rasa sakit menjadi perempuan di dalam masyarakat yang tidak setara,” tambahnya.


Selain berjalan menggunakan sepatu hak tinggi, para peserta juga diminta melakukan hal-hal lain yang dianggap sebagai pekerjaan perempuan seperti berbelanja dan menjaga anak. Kemudian, di dalam diskusi kelompok, mereka semua berbagi pemahaman dan ide-ide mereka soal kesetaraan gender.


Salah satu yang memberi semangat pada para peserta jalan kaki adalah Rita Gangwani, konsultan pengembangan kepribadian.

 

“Mereka akan bisa memahami posisi perempuan. Ada berapa peran yang harus disandang oleh perempuan, bagaimana beratnya itu dan bagaimana cara perempuan mempertahankan semua peran itu agar berjalan baik. Dan jika mereka memahami ini, mereka secara otomatis akan menyadari betapa pentingnya memperlakukan perempuan secara setara,” kata Rita.

 

Panitia berencana untuk mengadakan acara serupa di beberapa kota lainnya dalam beberapa bulan mendatang. Mereka juga berniat mengadakan kampanye serupa yang menyoroti isu-isu tentang pria.


Swati mengatakan kunci kesuksesan kampanye ini adalah menjaga keseimbangan.


“Setiap kali kita bicara soal kesetaraan gender, biasanya kita cenderung berpikir hanya tentang perempuan dan kebutuhan membawa mereka setara dengan laki-laki. Tapi kehidupan pria juga tidak mudah dan perempuan perlu memahami itu. Jadi kami berencana membuat perempuan hidup seperti pria selama sehari dan merasakan tekanan dan masalah yang mereka hadapi. Saya berpikir ini lebih masuk akal dan akan membantu mereka memahami pertanyaan soal kesetaraan gender lebih baik.”

 

  • Bismillah Geelani
  • India kesetaraan gender
  • kampanye kesetaraan gender
  • heel a thon
  • Walk A Mile In Her Shoes

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!