ASIACALLING

Rumah Sakit Indonesia di Gaza Bentuk Persahabatan Indonesia-Palestina

"Selama satu setengah tahun terakhir, lebih dari 300 ribu orang mendapat manfaat dari perawatan medis di sini."

Rami Almeghari

Kondisi warga Jabalia Gaza. (Foto: RafahKld Flickr)
Kondisi warga Jabalia Gaza. (Foto: RafahKld Flickr)

Jalur Gaza adalah irisan kecil wilayah yang berada di antara Israel, Laut Tengah dan Mesir. Wilayah yang terus menjadi rebutan ini, selama beberapa dekade, menjadi wilayah konflik yang cukup intens.

Serangan militer Israel yang kerap terjadi di wilayah itu dan blokade ekonomi yang telah berlangsung lama, membuat 20 juta penduduk Gaza menderita secara ekonomi, fisik dan emosional.

Sebagai bentuk dukungan dan persahabatan, warga Indonesia mengumpulkan uang untuk mendirikan sebuah rumah sakit di Gaza Utara, wilayah yang paling rentan terhadap serangan.

Dan selama satu setengah tahun terakhir, lebih dari 300 ribu orang mendapat manfaat dari perawatan medis di sini.

Koresponden Asia Calling KBR, Rami Almeghari, menyusun laporannya dari Lede, Gaza.

Rumah Sakit Indonesia di Gaza berada di atas sebuah bukit di luar Jabalya, kamp pengungsi terbesar di Gaza. Jaraknya hanya tiga kilometer dari perbatasan Israel.

Di ruang tunggu rumah sakit, saya bertemu Um Saddam yang berusia 62 tahun. Dia datang kemari untuk berobat karena mengalami gagal ginjal. Dua kali seminggu dia ke rumah sakit untuk menjalani cuci darah. 

Putranya Saddam Suleiman mengatakan rumah sakit ini telah membuat hidup mereka lebih mudah.

“Ibu saya adalah penderita gagal ginjal. Sebelum rumah sakit ini dibangun, ibu harus menempuh jarak yang jauh untuk berobat ke rumah sakit. Rumah sakit ini secara umum sangat nyaman,” kata Saddam. 

Rumah sakit itu dinamakan Rumah Sakit Indonesia karena dibangun dengan uang warga  Indonesia. Sumbangan yang terkumpul mencapai 120 milyar rupiah dan disalurkan melalui LSM Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).

Rumah sakit ini menjadi tolok ukur persahabatan antara Palestina dan Indonesia. Indonesia pun telah lama menunjukkan dukungan bagi mayoritas Muslim di di sana. Kebijakan luar negeri Indonesia pun mendukung kemerdekaan Palestina.

Rumah sakit ini berkapasitas 110 tempat tidur dan sudah melayani 300 ribu pasien. Dr. Naser Redwan, kepala departemen bedah mengatakan Rumah Sakit Indonesia ini mengatasi kesenjangan kebutuhan.

”Dulu tidak ada operasi khusus di utara Gaza, hanya ada operasi umum dan vaskuler. Rumah sakit Indonesia ini menawarkan operasi vaskuler dan syaraf. Operasi terbuka meliputi operasi batu atau tumor ginjal dan prostat,” jelas dokter Naser.

Tujuan rumah sakit itu awalnya memberikan perawatan khusus, terutama untuk operasi dan mengobati trauma pasien akibat serangan Israel.

Tapi Dokter Ashraf Alqedra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, menjelaskan rumah sakit ini kemudian berubah jadi rumah sakit umum. Mereka menawarkan layanan medis yang dulunya hanya bisa didapat warga Gaza bila berobat ke luar negeri. 

“Rumah sakit ini telah menjadi fasilitas kesehatan terkemuka di Gaza utara. Beberapa layanan penting juga mulai ditawarkan di sini. Termasuk pindai CT dan MRI, serta berbagai operasi,” tutur dokter Ashraf.

Rumah sakit ini terletak di Gaza Utara, dekat perbatasan Israel dan yang paling sering kena serangan dari militer Israel. Alqedra mengatakan rumah sakit kerap menerima para petani yang tertembak di sepanjang perbatasan utara Gaza.

Dalam delapan tahun terakhir di Gaza, ada tiga serangan besar Israel. Wilayah ini juga merasakan dampak blokade ekonomi yang diberlakukan Israel selama satu dekade. Blokade ini membuat penduduk Gaza sangat miskin.

Delapan puluh persen warga Gaza menerima bantuan makanan reguler dari Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB.

“Rumah sakit ini terbuka untuk semua orang di Gaza, terutama penduduk di utara. Kami biasa melakukan operasi khusus di bidang pembuluh darah. Biaya yang kami kenakan untuk pendaftaran dan keadaan darurat juga tidak besar. Contohnya untuk biaya suntik hanya sekitar 4000 rupiah,” kata Muin Almasri, kepala media dan humas di Rumah Sakit Indonesia.

Rumah Sakit Indonesia satu-satunya rumah sakit yang menyediakan pelatihan dan pendidikan bagi lulusan dan mahasiswa kedokteran di Gaza.

Sejak dibuka, rumah sakit ini didanai oleh Kementerian Kesehatan Palestina dan ada rencana untuk menambahkan lantai gedung dan memperluas rumah sakit.

Sekutu Palestina lainnya, seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Turki juga telah membangun rumah sakit di wilayah konflik tersebut.

 

  • Rami Almeghari
  • Palestina
  • Rumah Sakit Indonesia di Gaza
  • Konlik di Jalur Gaza

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Euis Yulianti6 years ago

    Assalammu'alaikum warohmatullah. Saya adalah seorang perawat luka di Indonesia. Saya memiliki keinginan untuk menjadi salah satu perawat di RS Indonesia untuk Palestina ini. Apakah ada kesempatan bagi nakes Indonesia disana? Terima kasih sebelumnya.