HEADLINE

Berislam di Kota Seribu Gereja

"“Aksi ini diharapkan menjadi sarana dakwah nilai-nilai Islam kepada umat lain, yang akhir-akhir ini Islamophobia cenderung meningkat”"

Berislam di Kota Seribu Gereja

KBR, Adelaide - Selalu ada cara bagi orang-orang Indonesia menghidupkan nilai-nilai luhur Islam ketika tinggal di negara yang mayoritasnya nonmuslim. Membantu dan ikut menolong nyawa manusia tanpa memandang latar agama, suku dan bangsa secara tulus dilakukan komunitas Kajian Islam Adelaide (KIA)  di Australia Selatan.

“Saya merasa sangat senang bisa menyumbangkan darah untuk orang-orang di Australia yang membutuhkan,” ujar Yadi Hadian, anggota KIA, setelah Kamis siang (26/11/2015) bersama-sama temannya mendonorkan darah di Australian Red Cross Blood Service, Marion, Australia Selatan.


Sedangkan Arioma yang baru pertama kali dalam hidupnya mendonorkan darah sejak awal sadar, darah dalam tubuh yang menjadi bagian dari hidupnya sangat bermanfaat  untuk menyelamatkan nyawa orang Australia yang tidak beragama Islam, apalagi Adelaide tersohor sebagai kota seribu gereja.


“Semangat yang saya dan teman-teman KIA usung murni kemanusiaan yang dianjurkan dalam Islam,” tutur Arioma menguatkan pandangannya.


Dhani yang sudah dua kali donor darah lewat kegiatan yang dilakukan rutin oleh KIA setiap tiga bulan sekali ikut membeberkan misi penting ajang tersebut, “Aksi ini diharapkan menjadi sarana dakwah nilai-nilai Islam kepada umat lain, yang akhir-akhir ini Islamophobia cenderung meningkat.”


Saat ditemui setelah salat Jumat di Flinders University, salah seorang koordinator program donor darah KIA Suryo Guritno menjelaskan, tujuan memilih donor darah di antaranya untuk menunjukkan kepedulian nyata komunitas Muslim Indonesia di Adelaide kepada masyarakat Australia.


“Donor darah menjadi salah satu upaya meningkatkan hubungan people to people antarkedua negara sekaligus untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Australia bahwa Islam sama sekali tidak identik dengan kekerasan dan terorisme,” sambung mahasiswa program doktoral Flinders University itu.


Dalam siaran pers redaksi KBR dari Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk)  Suryo menuturkan bahwa aktivitas Kajian Islam Adelaide (KIA) melingkupi diskusi rutin mingguan dan kajian khusus. Tema yang kerap diangkat berupa tema keagamaan, termasuk isu keadilan gender dalam Islam, bidang lainnya seperti politik dan kesehatan dengan mendatangkan pakarnya masing-masing.


Dalam rangka menguatkan hubungan people to people lainnya KIA yang mempunyai lebih dari seratus anggota di sekitar Australia Selatan ini juga aktif melestarikan dan mempromosikan budaya Indonesia ke berbagai perhelatan kota Adelaide. Di antaranya  tampil di Art Gallery of South Australia, Migration Museum, OzAsia Festival, Moon Latern Festival, IndoFest serta tampil di sekolah-sekolah. KIA mempunyai beberapa kelompok seni: Ondel-ondel, Rebana El Musafir, dan Reog Ponorogo.


Pada lingkup sosial kemanusiaan KIA rutin menyalurkan zakat dan infak kepada masyarakat Indonesia yang ada di tanah air seperti Aceh, pulau Jawa, dan Indonesia Timur lainnya maupun di Australia. Aksi itu bekerjasama dengan IndoPeduli Adelaide (komunitas relawan pasien-pasien craniofacial Indonesia yang berdatangan operasi di Adelaide), PedisCare (perawatan penderita diabetes berbasis di Malang Jawa Timur), dan sebagainya.



“KIA ingin membuktikan bahwa ketulusan kerjasama yang dianjurkan dalam Islam seharusnya diamalkan tanpa sekat agama, aliran atau mazhab, dan suku bangsa,” pungkas Suryo.  

  • Kajian Islam Adelaide (KIA)
  • koordinator program donor darah KIA Suryo Guritno
  • Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk)
  • Toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!