ASIACALLING
Marawi Direbut Kembali, Tantangan Baru Muncul
Lima bulan terakhir, Kota Marawi di Filipina Selatan dikepung milisi.
Pejuang yang didukung oleh ISIS berperang melawan pasukan Filipina untuk menguasai wilayah tersebut. Ini akan memberi pijakan bagi kelompok teroris di Asia.
Pertempuran itu telah menghancurkan kota Marawi dan memaksa 90 persen penduduknya mengungsi. Tapi Selasa lalu, pertempuran akhirnya dinyatakan berakhir.
Koresponden Asia Calling KBR, Madonna Virola, menyusun laporannya dari Kota Iligan Filipina.
Bulan Mei tahun ini, milisi yang didukung ISIS melakukan serangan berdarah terencana ke kota Marawi, Filipina.
Setelah lima bulan pertempuran dengan korban lebih dari seribu orang, pasukan Filipina berhasil menewaskan dua pemimpin milisi, Isinilon Hapilon dan Omar Maute, bersama dengan sekitar 50 milisi lainnya dan sandera mereka.
Hampir 400 ribu jiwa atau 90 persen penduduk kota itu terpaksa mengungsi karena pertempuran tersebut.
Mereka mengungsi ke kota-kota tetangga. Di sana mereka tinggal di kamar seadanya yang suram dan sempit. Lantai semennya dialasi kardus sementara atap dan dindingnya terbuat dari lembaran plastik hasil sumbangan.
Di Saguiran, kota terdekat dari Marawi, pengungsi sedang mengantri untuk mendapatkan makanan dan persediaan bahan pokok.
Para ibu mengambil kaleng sarden dan menjualnya dengan harga rendah dan uangnya untuk membeli susu dan popok untuk bayi mereka.
Saat meninggalkan rumah, para perempuan ini tidak sempat membawa apa-apa.
Sahara, 32 tahun, menangis saat bercerita tentang ketegangan hidup dalam pelarian dan tinggal di tempat penampungan sementara.
“Suami saya melakukan kekerasan terhadap saya. Dia memukul dan menghina saya. Saya sudah lapor ke polisi tapi mereka hanya memperingatkan dia. Saya ingin meninggalkan dia tapi saya tidak punya uang dan ketiga anak saya masih kecil” kisah Sahara.
Organisasi kemanusiaan membantu menyediakan kebutuhan dasar seperti air, makanan, tempat tinggal dan sanitasi. Tapi setelah lima bulan, masalah yang lebih kompleks pun muncul.
Ribuan orang menghabiskan bulan puasa Ramadhan dalam pelarian. Dan banyak perempuan melahirkan di tempat penampungan.
Relawan Anefel Granada mengatakan mereka telah melakukan yang terbaik untuk mengakomodasi pengungsi.
“Kami harus menyediakan barang-barang yang ada tidak dalam pengajuan, seperti kayu lapis untuk lantai. Ini terutama untuk ibu hamil dan anak-anak yang merasa kedinginan. Kami juga memberikan perlengkapan bayi baru lahir karena ada beberapa ibu hamil dengan anak kecil di tempat penampungan,” jelas Anefel.
- Madonna Virola
- Marawi Filipina
- Kelompok Maute
- Teroris kepung kota Marawi
- Kota Marawi dibebaskan dari pengepungan
- Pengungsi Marawi
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!