BERITA

Gara-gara Proyek PLTP Baturaden, Pengunjung Curug di Banyumas Turun Drastis

"Jumlah kunjungan wisatawan turun 10 ribu pengunjung atau 90 persen dibanding sebelumnya. Hampir tak ada wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata yang dikenal dengan air terjun raksasa. "

Gara-gara Proyek PLTP Baturaden, Pengunjung Curug di Banyumas Turun Drastis
Curug Cipendok, salah satu curug air terjun tertinggi (92 meter) di Banyumas Jawa Tengah. (Foto: static.banyumaskab.go.id/Publik Domain)

KBR, Banyumas – Pengelola Kawasan Wisata Curug Cipendok di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah merugi ratusan juta rupiah akibat keruhnya aliran sungai.

Koordinator Pengelola Curug Cipendok, Kusharto mengatakan air sungai berubah keruh sejak adanya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturaden. Sejak air sungai keruh, jumlah kunjungan wisatawan yang ingin menikmati curug (air terjun) turun drastis pada periode Januari-Mei dan September-Oktober 2017.

Kusharto mengatakan jumlah kunjungan wisatawan turun 10 ribu pengunjung atau 90 persen dibanding sebelumnya. Hampir tak ada wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata yang dikenal dengan air terjun raksasanya itu.

Dari tiket masuk saja, kata Kusharto, pengelola Curug Cipendok rugi Rp100 juta lebih, dihitung dari potensi terendah pemasukan dari jumlah kunjungan. Kusharto yakin jumlahnya lebih besar dari angka tersebut. Sebab, tiap tahun, Curug Cipendok selalu mengalami peningkatan angka kunjungan.

"Kalau Cipendok itu sudah jelas, peruntukannya untuk kepariwisataan. Paling tidak kami kehilangan 10 ribu pengunjung. Ini diperhitungan sejak Januari-September. Ini artinya, dengan analisis sejak 20 tahun yang lalu, dengan tingkat peningkatan pengunjung per tahun, kami kehilangan potensi 10 ribu pengunung. Jika diasumsikan per tiket Rp10 ribu, maka kami kehilangan Rp100 juta. Lebih parah lagi, lebih berat lagi, mungkin pada masalah konservasi," kata Kusharto, Minggu (8/10/2017).

Baca juga:

Selain berdampak pada penjualan tiket, rendahnya kunjungan wisatawan juga menyebabkan sektor wisata lainnya lumpuh seperti hunian hotel atau penginapan. 

Kusharto mengatakan persewaan villa atau penginapan di area bersuhu sejuk tersebut kerap kosong sejak aliran air berubah keruh. Padahal dalam kondisi normal, terutama di akhir pekan dan hari libur, penginapan di Curug Cipendok selalu penuh.

Minimnya jumlah pengunjung berimbas pada mata pencaharian masyarakat yang menggantungkan pendapatan dari sektor pariwisata. Lantaran tak ada wisatawan, masyarakat setempat yang biasnya berjualan tidak ada pemasukan. Termasuk, para pemuda yang menjadi pemandu wisata di area Curug Cipendok.

Kusharto meminta pelaksana proyek PLTP Baturaden memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang selama berbulan-bulan kehilangan mata pencaharian. Dia menyebut, puluhan masyarakat setempat menggantungkan hidupnya pada kunjungan wisata Cipendok.

Ia berharap pelaksana proyek PLTP Baturaden melakukan langkah-langkah taktis untuk menanggulangi dan menyelamatkan alam akibat dampak proyek tersebut. Menurut dia, konservasi alam menjadi kewajiban pelaksana proyek, sembari menanggulangi dampak-dampak yang kini sudah terjadi.

Bagi Pengelola Curug Cipendok, kata Kusharto, kerugian yang ditimbulkan akibat proyek PLTP itu akan diselesaikan secara kedinasan. Sebab, pengelolaan Wisata Cipendok berada di bawah koordinasi Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur.

Baca juga:

Editor: Agus Luqman 

  • pltp
  • PLTP Baturaden
  • PLTP Lereng Slamet
  • Baturraden
  • kawasan wisata baturaden
  • kunjungan wisatawan
  • panas bumi
  • energi panas bumi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!