RUANG PUBLIK

Batuk Perokok Telah Beredar

"“Batuk Perokok” diharapkan dapat memberikan informasi sesungguhnya mengenai bahaya rokok"

Batuk Perokok Telah Beredar

Masalah mengenai rokok bak kisah tak berujung, selalu memunculkan perdebatan namun selalu ada perokok setia yang terus mengepulkan asap rokoknya tanpa peduli akibat yang ditimbulkan. Menurut hasil riset dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) Report 2011, Indonesia terindikasi sebagai salah satu negara dengan jumlah prevalensi perokok aktif tertinggi di dunia, 67% pria dan 2,7% wanita. Tak hanya sekedar jumlah perokok yang mengkhawatirkan, perokok di Indonesia pun dalam hasil riset menunjukan bahwa pria dewasa di Indonesia memulai aktivitas merokok sejak usia dini, kebanyakan dari umur 12 tahun bahkan lebih muda. The Tobacco Atlas di tahun 2015 telah memaparkan beberapa hasil laporan riset yang memilukan, bahwa lebih dari 217,400 orang di Indonesia meninggal akibat penyakit yang ditimbulkan oleh konsumsi tembakau tiap tahunnya.

Pemerintah Indonesia tak henti-hentinya melakukan berbagai upaya pengendalian terhadap tembakau. Melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menjalin kerjasama dengan Vital Strategies, telah meluncurkan iklan layanan masyarakat (ILM) terbaru dengan tema “Batuk Perokok”. Batuk seorang perokok bukanlah batuk biasa, bukan juga hanya sekedar tanda kerusakan paru-paru seorang perokok, namun sebagai tanda rusaknya seluruh tubuh. Iklan ini telah beredar di televisi dan di bioskop. Tak berhenti sampai di situ, “Batuk Perokok” pun diviralkan melalui sosial media dengan tagar #SuaraTanpaRokok. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa batuk dari seorang perokok merupakan awal dari kerusakan tubuh manusia, bukan sekedar gangguan pernapasan saja.

Iklan Layanan masyarakat ini juga menampilkan cuplikan asli dari beberapa korban rokok yang menderita penyakit, seperti Richard Maradona (35) yang harus menjalani operasi torakoskopi dan torakotomi akibat penyakit paru, Edison Poltak (78) yang menderita kanker tenggorokan dan Cecep Sopandi (40) yang harus merelakan kehilangan ibu jari kakinya akibat penyakit Buerger. Diharapkan kampanye iklan layanan masyarakat ini dapat membuat para perokok yang melihatnya untuk berhenti merokok serta mencegah orang yang ingin mencoba merokok. Di tengah gempuran iklan rokok yang bertubi-tubi mengincar berbagai elemen masyarakat, iklan layanan masyarakat “Batuk Perokok” diharapkan dapat memberikan informasi sesungguhnya mengenai bahaya rokok dan melawan berbagai nada-nada positif yang selalu dibangun oleh iklan-iklan produk rokok. 


Editor: Paul M Nuh


  • kemenkes

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!