EDITORIAL

Militer

Militer

Demokrasi hanya mengakibatkan kerugian. Inilah dalih militer Thailand yang pekan lalu mengambil alih kekuasaan sipil di negeri Gajah Putih itu Kamis (22/5) lalu. Situasi politik tak stabil yang berkembang sejak November tahun lalu menjadi alasan pembenar bagi jendral tentara itu melakukan kudeta.

Kudeta ini pun diiringi dengan penahanan bekas Perdana Menteri Yingluck dan para anggota cabinet, pembubaran Senat, penahanan beberapa akademisi dan wartawan. Media massa dan media sosial diawasi, dan mereka yang bersikap kritis terhadap junta sewaktu-waktu bisa ditahan. Jam malam diberlakukan, kebebasan berkumpul dan berpendapat dibatasi.

Tak seperti masa-masa sebelumnya, di mana sesama anggota Negara ASEAN biasanya menahan diri berkomentar, kali ini Presiden SBY cukup tegas mengecam apa yang dilakukan militer di sana. “Indonesia ingin agar nilai-nilai demokrasi diberlakukan di Thailand,” katanya. Pada masa-masa sebelumnya, berdalih tak mau mencampuri urusan negara lain, Indonesia biasanya hanya diam atau paling banter hanya melontarkan pernyataan normatif yang menjengkelkan.

Kita memang tak boleh membiarkan demokrasi diinjak-injak, dikangkangi,bahkan dibunuh -- atas nama menjaga ketertiban umum sekali pun. Kudeta alias merebut kekuasaan dengan paksa dari pemerintahan sipil, mesti dikecam. Harus dilawan. Terkecuali jika pemerintahan tersebut memang menindas rakyat dengan kekerasan – hal yang tidak dilakukan Yingluck meski pemerintahannya dituduh korup.

Praktis, seluruh kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif kini berada di bawah kontrol para jendral. Tapi kita tahu, rakyat Thailand tidak diam. Mereka melawan kudeta militer yang menurut beberapa pengamat, tampaknya memang sudah disiapkan sejak lama. Kita mendukung penuh setiap suara yang menyerukan agar militer kembali ke barak dan menyerahkan kembali pemerintahan kepada sipil melalui cara-cara demokratis.

Kudeta militer di Thailand harus membuat kita lebih awas dan waspada. Ketegasan yang diperlihatkan para jendral pelaku kudeta bukanlah ketegasan berdasarkan otoritas yang mendapat legitimasi. Ketegasan para serdadu adalah sebuah perintah yang mensyaratkan ketertundukan total. Melawan perintah adalah pembangkangan yang harus dihukum. Kritik adalah sebuah pemberontakan.

Thailand sedang berada dalam keadaan bahaya. Bersama-sama dunia internasional, kita harus bersama mereka – demokrasi yang dikalahkan.

  • kudeta militer di Thailand
  • perdana menteri Yingluck
  • kebebasan berkumpul dan berpendapat
  • Indonesia mengecam kudeta

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!