BERITA

Bertemu Jokowi, Adhyaksa Dault Klarifikasi soal HTI, Imam Mahdi dan Dajjal

""Kalau pada 2013 saya datang di acara HTI ikut bicara mengenai khalifah, ini karena dalam agama saya di akhir jaman akan ada Imam Mahdi. Akan berperang melawan orang yang jahat bermata satu, Dajjal.""

Bertemu Jokowi, Adhyaksa Dault Klarifikasi soal HTI, Imam Mahdi dan Dajjal
Ketua Kwarnas Pramuka Adhyaksa Dault. (Foto: kotabogor.go.id/Publik Domain)

KBR, Jakarta - Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka Adhyaksa Dault menyatakan telah mengklarifikasi keterlibatannya dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) langsung kepada Presiden Joko Widodo.

Adhyaksa mengatakan klarifikasi itu disampaikan saat ia bertemu Jokowi bersama beberapa pimpinan Kwarnas di Istana untuk melaporkan kegiatan Raimuna Nasional.


Kepada Jokowi, Adhyaksa mengafirmasi kehadirannya dalam acara HTI pada 2013 saat ormas tersebut belum dibubarkan. Ia menjamin, keberadaannya di sana bukan berarti mendukung gerakan khilafah untuk mengganti Pancasila.


"Kalau pada 2013 saya datang di acara HTI ikut bicara mengenai khalifah, ini karena dalam agama saya di akhir jaman akan ada Imam Mahdi. Akan berperang melawan orang yang jahat bermata satu, namanya Dajjal. Dan dia sebagai khalifah, itu sudah akhir zaman. Itu pikiran saya waktu itu. Dan itu sudah saya sampaikan kepada Presiden. Tapi bukan dalam arti kemudian ingin mengganti Pancasila," kata Adhyaksa usai bertemu Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (10/8/2017).


Baca juga:


Adhyaksa menambahkan, selama menjadi pimpinan Pramuka, ia justru mengajarkan organisasi itu untuk menjadi garda terdepan pembela Pancasila. Ia menekankan bahwa Pancasila sebagai ideologi sudah final.


"Malah justru Pramuka itu garda terdepan. Karena kenikmatan terbesar yang Tuhan berikan, setelah keimanan adalah tanah air Indonesia," kata bekas Menteri Pemuda dan Olahraga di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


Ia pun menunjukkan bukti-bukti lain bahwa ia tidak anti-Pancasila. Diantaranya ia menyebut terlahir dari keluarga para pembela Pancasila.


Adhyaksa yakin Jokowi mengerti dengan penjelasannya. Ia siap ditegur dan dipanggil apabila dinilai salah.


"Bapak Presiden mengerti. Saya sudah lama kenal sama beliau. Dan saya sampaikan ke Menpora, kalau saya salah tolong ditegur langsung, panggil saya langsung," kata Adhyaksa.


Adhyaksa memastikan anggaran rutin sebesar Rp10 miliar untuk Pramuka cair pekan ini. Anggaran ini sempat dibekukan Menpora Imam Nahrawi, akibat adanya dugaan keterlibatan Adhyaksa dengan HTI.


Namun, anggaran untuk pelaksanaan Raimuna 14 Agustus mendatang sebesar Rp15 miliar belum tersedia. Kata Adhyaksa, Jokowi menjanjikan untuk memberikan bantuan melalui anggaran perubahan.


"Beliau akan membantu karena Pramuka sangat strategis. Memang, kondisi keuangan kita tahu sendiri. Sekarang ini kan sedang banyak kepentingan-kepentingan untuk pembangunan," tutur Adhyaksa.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • adhyaksa dault
  • Khilafah
  • khilafah Islamiyah
  • khilafah hizbut tahrir
  • sistem khilafah
  • gerakan khilafah
  • Hizbut tahrir Indonesia
  • Hizbut Tahrir
  • hizbut tahir

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!