SAGA

[SAGA] Hajad Guna: 'Melantangkan Suara dari Kampung ke Dunia'

[SAGA] Hajad Guna: 'Melantangkan Suara dari Kampung ke Dunia'

KBR, Lombok - Di teras rumah bercat biru milik ibunya di Desa Ketangga, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Hajad Guna Roasmadi atau Eros membangun sebuah kantor media. Tapi jangan bayangkan, kantor itu dilengkapi kubikel kerja, studio, atau lampu-lampu poplar studio.

Di rumah itu, hanya ada dua kamera video, televisi berukuran 14 inch, dan sebuah spanduk besar bertuliskan ‘Speaker TV’ yang digantung di dinding. Di sinilah, semua informasi tentang Desa Ketangga dan beberapa desa lainnya diolah kemudian disiarkan. Semua proses itu di bawah pengawasan Eros.


“Warga bisa menyampaikan aspirasi dirinya. Bisa menyampaikan informasi-informasi di tingkatan lokal atau desa. Bagaimana kemudian informasi itu didengar pemerintah tingkat desa, kabupaten, bahkan pusat,” tutur Eros ketika ditemui di rumahnya.


Eros menamai medianya Speaker Kampung. Dan pria berusia 31 tahun itu menjadi Direktur sekaligus Pimpinan Redaksinya. Sarjana Ilmu Hukum ini mendirikan Speaker Kampung pada 2012 silam –seorang diri. Mula-mula, ia memberitakan sejarah dan budaya Desa Ketangga. Mediumnya hanya selebaran kertas. Ongkos produksinya diambil dari uang pribadi Eros.


Selebaran itu dibagikan secara gratis pada warga. Tapi, acap kali Eros dicemooh. Kata orang-orang, apa yang dia lakukan tak berguna. “Saya cetak buletin. Darimana kamu dapat untung? Justru kamu rugi cetak buletin kemudian membagikannya ke masyarakat.”


Tapi, kala itu, Eros yakin Speaker Kampung akan dibutuhkan dan dicari-cari. Dan betul, peristiwa banjir bandang yang menerjang Desa Prigi tahun 2016, menjadi pemberitaan utama Speaker Kampung. Kemudian diikuti media mainstream.


“Saat itu banjir bandang di Desa Prigi. Pertama kali yang menyampaikan orang-orang Speaker Kampung yang mengunggah di halaman Facebook. Kemudian mulai berjejal informasi media mainstream,” terang Eros.


Speaker Kampung pun kini merambah ke televisi yang dinamai Speaker TV. Hal itu diawali pada 2014, saat Eros bekerjasama dengan jaringan televisi kabel lokal yaitu TV Kabel Lestari. Di Lombok Timur, banyak rumah sulit menangkap siaran televisi nasional sekalipun sudah memasang parabola. Warga pun akhirnya memilih langganan jasa TV kabel lokal.


Konten Speaker TV beragam. Mulai dari wisata, musik yang menampilkan penyanyi lokal, hingga pengajian anak-anak. Baru-baru ini, awak redaksinya menayangkan proses pemilihan Kepala Desa Ketangga secara langsung. Lewat Speaker TV, mereka juga mengedukasi warga tentang cara bermigrasi yang benar bagi calon TKI. Hingga ide-ide usaha rumahan.


Tayangan Speaker TV sudah bisa dinikmati di Desa Ketangga dan Desa Suntalangu. Setiap hari, dari jam 2 siang sampai 11 malam, dengan peralatan sederhana Speaker Kampung rutin hadir di ruang keluarga. Di rumah Mamiq salah satunya.


“Saya senang. Makanya saya bilang sering-sering tayangkan budaya Sasak. Baru pulang dari sawah saya setel televisi. Senang karena menghilangkan lelah dan capek,” ujar Mamiq.


Ide Kampung Speaker sesungguhnya berawal dari kegelisahan Eros. Banyak permasalahan di kampungnya semisal infrastruktur dan pendidikan yang tak dipedulikan pemerintah setempat pun media mainstream. Ia pun berontak.


“Kami tidak mampu ke kota untuk lakukan aksi. Mau bicara dengan Bupati, DPRD, kami tidak mampu ke sana. Satu-satunya jalan, kami orang desa bersuara lewat ini (Speaker Kampung).”


Kini, Eros juga memanfaatkan media sosial. Speaker Kampung, turut mengelola sebuah blog, Facebook, dan Youtube dengan nama yang sama. Dari kanal-kanal itu, siapapun bisa menyaksikan hasil kerja mereka.


Dia mengakui awal menggagas Speaker Kampung, tak mudah. Mencari kontributor sangat susah. Tapi Eros punya strategi. Ia masuk dari satu komunitas ke komunitas lain, mencari bibit-bibit penulis. Saat ini sudah ada 122 jurnalis Speaker Kampung yang aktif mengirim berita. Lokasinya tidak hanya di Desa Ketangga, tapi tersebar di lima kecamatan di Lombok Timur Kecamatan Suela, Pringgabaya, Aikmel, Sambalia, dan Wanasaba.


Rasyid Ridho salah satu kontributor. Pemuda dari Desa Bilakembar, Kecamatan Suela, ini bertemu Eros pada 2013. Awalnya ia adalah aktivis di komunitas pemuda. Eros kemudian mengajaknya menulis untuk Speaker Kampung.


“Saya lihat gerakannya menarik. Semenjak itu saya terus sampaikan lewat media. Misalnya soal akses jalan di kampung saya yang dari dulu katanya akan dibangun tapi tidak terwujud. Tahun 2016 akhirnya perbaikan jalan terealisasi.”


Di mata Ridho, komitmen Eros terhadap Speaker Kampung menggugahnya untuk ikut berjuang.


Lima tahun berjalan, keinginan Eros tak muluk-muluk. Dia ingin Speaker Kampung terus bertahan meski di tengah keterbatasan. Dia berharap Speaker Kampung bisa menjadi suara alternatif di tengah hiruk-pikuknya pemberitaan media mainstream yang terpusat pada ibu kota.  



Simak video kisah anak-anak muda inspiratif lainnya di kbr.id/anakmuda  


Editor: Quinawaty

Baca juga:

Sabrina Bensawan: 'Berbagi Tak Perlu Menunggu Kaya'

Putry Yuliastutik: 'Mengawinkan Konfeksi dengan Teknologi'

Iki Yosan: 'Mendongeng Demi Menghapus Trauma'

Dwi Puspita: 'Mendobrak Stereotip Dalang'

Hajad Guna: 'Melantangkan Suara dari Kampung ke Dunia'

Safprada Rizma: 'Tularkan Virus Literasi Lewat Pondok Inspirasi

Merry Andalas: 'Menjaga Rinjani dengan Gaharu'

Lukman Hakim: 'Berhenti Merokok di Bank Sehat'

Akhmad Sobirin: 'Manisnya Gula Semut dari Semedo'  

  • hajad guna roasmadi
  • speaker kampung
  • anak muda
  • speaker tv

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Rozi Anwar²5 years ago

    Sangat mantap pak eros ini, sang inspirator anak kampung