SAGA

[SAGA] Iki Yosan: 'Mendongeng Demi Menghapus Trauma'

[SAGA]  Iki Yosan: 'Mendongeng Demi Menghapus Trauma'

KBR, Jakarta - Akhir 2013 menjadi titik transisi kehidupan Iki Yosan. Dia memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai guru di sebuah sekolah di Bintaro. Keputusan itu berarti, dia sudi melepas kemapanan; penghasilan tetap setiap bulan. Iki, lantas berbelok menjadi pendongeng.

“Kalau mengajar itu dandanan formal banget. Pakai kemeja, celana hitam, sepatu pantofel. Begitu mendongeng berubah drastis. Pakai topi, kacamata. Kayak orang gila, haha...” ujar Iki sambil tertawa ketika ditemui di Kampung Dongeng.


Pilihan menjadi pendongeng, diambil setelah melihat penampilan Awam Prakoso di sekolah ia mengajar. Awan adalah pendiri Kampung Dongeng –komunitas yang nantinya akan menjadi tempat Iki bernaung. Ketika itu, Awam –diundang sebagai tamu.


Momen tersebut rupanya berkesan bagi Iki. Sebab untuk kali pertama, dia menyaksikan pendongeng tampil di depan banyak orang. Berbagai teknik suara dan respon bocah-bocah yang menonton, seolah membawa Iki ke masa kecilnya.


“Lihat Awam dongeng, suaranya bisa begitu ya? Aku dari kecil suka tampil. Memang cita-citanya dulu ingin jadi pembicara, jadi pendakwah. Tapi apa daya ketika besar enggak pernah pesantren, sekolah umum aja,” sambung Iki.


Iki kemudian nekat menyambangi Awam Prakoso ke Kampung Dongeng. Dia ingin mengikuti jejak Awam, meski sadar diri tak punya bekal apapun.


Tapi sedikit demi sedikit, Iki mencuri ilmu tentang olah vokal, public speaking, dan serangkaian amunisi lain yang membuatnya tahan bercerita ke banyak orang. Sulit, diakuinya, tapi jauh lebih sukar untuk mundur dan kembali.


“Awalnya susah banget. Enggak tahu aku akan berhasil atau enggak jadi pendongeng. Sama juga enggak bisa meniru suara kuda, bebek, macam-macam itu.”


Satu bulan bergabung di Kampung Dongeng, Iki mulai memberanikan diri tampil di depan anak-anak. Tapi panggung perdananya sebagai pendongeng, berakhir dingin. Iki masih ingat betul, kala itu di depan ratusan mata pengunjung Kampung Dongeng, takut dan gugup tiba-tiba mencengkram. Fabel tentang Raja Kuman yang dibawakannya gagal memancing tawa.


Serangkaian pengalaman pahit serupa, juga ia telan. Saban kali panggungnya berakhir dengan kegagalan, berkali pula Iki berpikir untuk berhenti dan kembali mengajar. Apalagi ketika itu, orangtuanya menentang keras jalan yang dipilihnya. Sebab, tiap kali dia menunjukkan brosur atau poster acara panggungnya, langsung dicampakkan sang ayah.


“Karena dari keluarga enggak ada yang mendukung aku sebagai pendongeng. Sampai dua bulan di rumah itu kaku banget.”


Iki juga masih ingat, saat pertama membawa honor hasil mendongeng. Kira-kira Rp 150 ribu. Uang itu, ia berikan pada orangtuanya. Namun, ditolak. “Orangtua bilang, 'mungkin saat ini aja kau kasih uang. Tapi nantinya mau jadi apa? Enggak ada masa depannya.'”


Tetapi, kecintaannya pada dunia seni membuat Iki sulit berpaling. Dan, terbukti profesi ini bisa menghidupinya. Saat ini, orangtuanya sudah bisa menerima pilihan Iki. Beberapa kali, sang ibu menyaksikan pertunjukannya. Malah, serangkaian poster penampilan Iki dipajang di depan rumah mereka. Seolah jadi tanda restu.


Keseharian Iki pun diisi dengan mendongeng ke sekolah-sekolah. Di samping itu, ia juga biasa mendongeng bagi anak-anak yang dirawat atau mengalami trauma.


Setiap minggu, Iki mendongeng bagi anak-anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tahun lalu ia juga dimintai tolong Kementerian Sosial untuk mendongeng bagi anak-anak korban pengusiran Gafatar. Terakhir, Iki berangkat ke Bima yang baru tertimpa bencana banjir. Di sana, Iki mendongeng demi menghapus trauma anak-anak.


“Walaupun aku enggak bantu mereka dengan materi tapi dengan cara bercerita Insya Allah itu bisa menolong mereka. Aku terpanggil karena aku ingin menyenangkan mereka. Aku ingin mereka bisa tertawa seperti aku.”


Baginya, kepuasan tertinggi ketika berhasil memetik tawa anak-anak yang menontonnya. Seperti yang ia lakukan pada Radjwa. Murid kelas 4 SDIT Al Lauzah Tangerang ini mengaku senang mendengarkan dongeng Iki.


“Lucu, enak, seru juga. Tadi dikasih tahu jangan pernah lupakan perintahkan orangtua. Jangan pernah sombong akibatnya nanti dibalas oleh Allah,” tutur Radjwa.



Simak video kisah anak-anak muda inspiratif lainnya di kbr.id/anakmuda  


Editor: Quinawaty

Baca juga:

Sabrina Bensawan: 'Berbagi Tak Perlu Menunggu Kaya'

Putry Yuliastutik: 'Mengawinkan Konfeksi dengan Teknologi'

Iki Yosan: 'Mendongeng Demi Menghapus Trauma'

Dwi Puspita: 'Mendobrak Stereotip Dalang'

Hajad Guna: 'Melantangkan Suara dari Kampung ke Dunia'

Safprada Rizma: 'Tularkan Virus Literasi Lewat Pondok Inspirasi

Merry Andalas: 'Menjaga Rinjani dengan Gaharu'

Lukman Hakim: 'Berhenti Merokok di Bank Sehat'

Akhmad Sobirin: 'Manisnya Gula Semut dari Semedo'  

  • iki yosan
  • kampung dongeng
  • anak muda

Komentar (10)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • tedi7 years ago

    Waaaah luar biasa Berani meninggalkan zona nyaman bagi semua orang, memilih menjadi oendongeng yg vs membahagiakab anak anak. Apalagi perjuangan menaklikan hati ortu, waaah kereeen sukses selalu kak iki yosan

  • Abdul wahab7 years ago

    Sosok anak muda yang penuh inspirasi buat remaja ramaja yg lain di indonesia dewasa ini. patuh dicontoh sepak terjangnya berdakwah lewat sebuah cerita yg tentunya syarat makna dgn pesan pesan moral yg positif tentunya membuat anak anak indonesia terbangun dari tidurnya yg banyak terbuai dgn istilah gadget freak..terus berkaya kak iki yosan... Anak indonesia butuh sosok dirimu...!!

  • Bunda indri7 years ago

    Barakallah kak iki. Sukses terus kampung dongeng

  • Bunda Dayah 7 years ago

    Kak Iki Yosan adalah sosok inspiratif muda yang multi talenta. Sukses terus ya kak. Salam dari Aceh

  • Bunda Dayah 7 years ago

    Kak Iki Yosan adalah sosok inspiratif muda yang multi talenta. Sukses terus ya kak. Salam dari Aceh

  • Budi 7 years ago

    Semua orang baik itu anak-anak sampai orang tua semua pasti suka dengan cerita. Apalagi dikemas dengan tampilan yang menarik pasti lebih disukai. ... Semangat buat kak Iki Yosan. Semoga menginspirasi banyak orang untuk ikut mendongeng.

  • Putri Binjai7 years ago

    Kak iki yosan sosok pemuda inspiratif sukses buat kak iki. Semoga kak iki selalu memberikan inspirasi buat anak muda untuk peduli terhadap anak2 bangsa. Salam sukses dari Binjai, sumatera Utara ya kak Kak iki yosan luaaar...biaaaasaaaa

  • Putri Binjai7 years ago

    Luaaar biasaaaa... kak iki yosan sosok pemuda yang berani dan inspiratif. Semoga kak iki yosan memberikan inspirasi untuk semua anak muda agar mau peduli terhadap anak2 bangsa. Sukses terus kak iki... salam sukses dari kota Binjai, sumatera Utara

  • Ansori7 years ago

    Sangat inspiratif, sukses selalu kak Iki Yosan Jangan pernah lelah untuk tetap memberikan warna pada Anak-anak Indonesia...

  • Awam Prakoso7 years ago

    Selamat wahai pemuda. Pilihan menjadi Relawan adalah kebahagiaan. Kuoersembahkan puisi ini utkmu wahai relawan. ======== Relawan itu adalah aku. Karena wajahku terpancar bening keikhlasan, serta tak lupa tersenyum penuh kesabaran. Aku selalu bergerak penuh kasih sayang dan melakukan tigas atas nama kemanusiaan. Baktiku tak terbilang, dan Setiap tetesan darahku utk persembahan, siapapun yg membutuhkan. Pengabdianku tak perlu di publikasikan, karena jiwaku terpanggil penuh ketulusan. Gerakanku tak minta pujian, sanjungan ataupun pencitraan, Karena dalam dada selalu bergemuruh semangat pengorbanan, seperti ombak yang menghantam karang. Aku adalah Relawan, namun tak mau disebut pahlawan. Hanya karena Allah aku berkorban, melalui misi kemanusiaan. Aku adalah relawan! Salam, @awamprakoso (ig)