BERITA

Mama Elis, Ibu Inspirasi dari NTT

Mama Elis, Ibu Inspirasi dari NTT

KBR, Jakarta- Pada awal Mei 2016 lalu, Perspektif Baru mengangkat sosok Program Manager Kopernik, Nonie Kaban. Kopernik adalah lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Ubud, Bali dan membuat program 'Ibu Inspirasi'. Program tersebut mengajak para ibu rumah tangga untuk mengenal teknologi ramah lingkungan. Teknologi-teknologi mereka bawa, seperti lampu tenaga surya, kompor bio massa, dan teknologi saringan air sangat dekat dengan perempuan. Dengan menyediakan akses teknologi ramah lingkungan melalui perempuan akan membuat penetrasinya lebih cepat. 

"Ibu Inspirasi" telah dimulai sejak 2010 di Aceh, Tuban, dan Bojonegoro. Kemudian dilanjutkan pada 2011 untuk wilayah Indonesia Timur, tepatnya di Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Kupang, Sumba, Flores, dan Lembata. Sedangkan di Nusa Tenggara Barat (NTB) ada di Lombok Timur. Kini sejumlah 407 Ibu Inspirasi telah dicetak Kopernik.


Salah satu Ibu Inspirasi adalah Elisabeth Nogo Keraf yang akrab disapa Mama Elis, dari Desa Waiwejak, Pulau Lembata, NTT. Mama Elis merupakan Ibu Inspirasi yang dibina oleh KOPERNIK. Dalam Perspektif Baru pada Sabtu (16/07/2016) pagi, Mama Elis pun bercerita tentang sulitnya ia dan warga desanya mengakses kebutuhan energi. 


"Mama tinggal di Kecamatan Arkadei yang memiliki 15 desa, sedangkan listrik hanya ada di pusat desa, 14 desa lainnya belum teraliri listrik. Masyarakat setempat terpaksa harus mengunakan pelita. Untuk bahan bakar, jarak jangkauan dari desa kami ke tempat penjualan minyak kira-kira 34 km sementara harganya per liter Rp 6.500", ujar Mama Elis.


Sejak ikut "Ibu Inspirasi", ia rutin berkunjung ke dusun-dusun membawa beragam jenis lampu tenaga surya yang bisa menyala selama 6 – 24 jam. Berikut selengkapnya.


Apa yang Mama lakukan melalui program Ibu Inspirasi, apa yang Mama sampaikan kepada rekan-rekan atau masyarakat yang ada di desa?


Setelah masuk Kopernik saya berkunjung ke dusun-dusun bahkan ke desa-desa. Yang saya bawa adalah hasil penjelasan selama saya pelatihan yang diselenggarakan oleh KOPERNIK. Jika di dusun saya menyampaikan kepada kepala dusun. Kalau saya masuk ke desa-desa saya menyampaikan kepada kepala desa sebagai pimpinan wilayah desa. Setelah saya menyampaikan tujuan kehadiran, saya bersama suami membawa serta barang-barang produk dengan mengunakan kuda.


Apakah barang-barang ini bentuknya seperti teknologi tepat guna?


Iya. Untuk penerangan saya membawa beragam jenis lampu tenaga surya yang bisa menyala selama 6 – 24 jam. Beberapa lainnya dapat digunakan untuk mengisi baterai handphone.


Apakah lampu-lampu yang ibu sebutkan tadi tidak perlu listrik untuk digunakan?


Lampu-lampu itu memiliki panel yang berfungsi untuk menampung surya matahari. Surya matahari akan memberi terang saat malam hari lewat lampu yang kita sambungkan ke panel tadi.


Jadi ada cahaya terang pada malam hari di desa setelah ada teknologi tepat guna. Lalu, apa perbedaan yang dirasakan oleh masyarakat?


Sebelum menggunakan lampu tenaga surya, Mama banyak membuang uang untuk membeli bahan bakar minyak tanah untuk pelita. Tapi sekarang Mama bisa menyimpan uangnya untuk keperluan lain. Matahari adalah karunia tulus dan luhur dari Tuhan Yang Maha Kuasa, yang bisa dimanfaatkan untuk membantu hidup kami.


Jadi teknologinya sangat membantu masyarakat yang tidak punya akses terhadap energi. Apakah ada pilihan lain, misalnya diesel, untuk mendapatkan akses energi di dusun? 


Iya, hanya terbatas yaitu bagi mereka yang punya pendapatan ekonomi baik maka bisa memiliki mesin diesel. Di desa kami pun yang punya mesin diesel hanya dua orang. 


Setelah menjadi Ibu Inspirasi, Mama terlihat makin percaya diri dan mandiri. Apa yang paling mama rasakan setelah menjadi Ibu Inspirasi? saya juga melihat di data bahwa Mama aktif di dalam berbagai kegiatan sosial seperti Kepala Urusan Desa, dan Ketua Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)?


Saya menjalani tugas sosial ini sejak anak sulung masih bayi karena prinsip saya dan keluarga bahwa semakin banyak kita berbuat terhadap sesama tanpa meminta balasan, maka balasan itu akan diberikan dari Tuhan secara sembunyi. Mungkin itu juga menjadi panggilan hidup saya, sehingga diberikan kepercayaan apa pun dari desa maka saya terima dengan tulus dan juga mendapat dukungan baik suami. Saya menerima tugas itu dengan ikhlas karena saya merasa di dukung oleh pihak terutama dari keluarga.(mlk)


Program "Perspektif Baru" mengudara setiap Sabtu pukul 06.30-07.00 WIB di radio-radio jaringan KBR. Simak terus program yang menampilkan tokoh-tokoh inspiratif tersebut. 

  • perspektif baru
  • Mama Elis
  • energi terbarukan
  • wimar
  • NTT

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!