BERITA

Hubungkan Marx, Lenin dengan Ateis, Rocky Gerung: Itu Salah Kaprah!

Rocky Gerung memberikan kuliah umum Situasi HAM di Indonesia pada pembukaan Kursus HAM untuk Pengaca

KBR, Jakarta- Akademisi Universitas Indonesia Rocky Gerung, menyebut Ketua Pelaksana simposium tandingan tragedi 65, Kiki Syahnakri, salah kaprah. Ini terkait pernyataan Kiki yang menghubungkan antara Karl Marx, Vladimir Lenin, dengan ateis. (Baca lengkap: Simposium Anti-PKI, Kiki: Marxis itu kan Aristotelian)

Menurut Rocky, tidak ada kaitan antara paham yang diajarkan oleh penganut marxisme, leninisme dengan ateisme. Marxisme dan leninisme berkaitan soal ideologi, sedangkan ateisme merupakan keyakinan mengenai tidak adanya Tuhan.

"Itu tanggapan bodoh, karena dia tidak mengetahui konsep dasarnya. Sudah tidak ada penjelasan lagi untuk orang bodoh. Yang jelas tidak ada hubungan antara marxisme dan ateisme. Orang Yahudi, ada yang marxisme dan ada yang ateisme. Kalau mau ditanya, Marx itu ateis atau tidak, tanya sama Kiki Syakhnarki," katanya saat dihubungi KBR, Rabu (06/01).

Dia melanjutkan, "ateisme itu kan sikap pribadi seseorang yang tidak ada sangkut pautnya dengan ideologi. Jadi kalau dikatakan begitu, seolah-olah sinonim dari marxisme adalah ateisme. Ateisme itu urusan dengan hati, tidak ada dengan ideologi,"

Ujarnya lagi, sejumlah tokoh penganut paham komunis juga banyak yang merupakan pemeluk agama yang taat. Semisal DN Aidit, yang dikenal fanatik terhadap agama Islam. Selain itu, banyak pula penganut paham Marxisme yang juga bukan ateis.

"Contoh konkretnya adalah Paus Benedictus. Teologi yang ia anut berpaham kiri. Apakah dia ateis?" katanya.

Sebelumnya, Ketua Pelaksana simposium tandingan Kiki Syakhnarki melontarkan pernyataan yang mengaitkan antara paham yang dianut Marx, Lenin dengan ateis. Menurut Kiki paham Marxis berasal dari pemikiran filsuf Aristoteles. Kiki menilai Aristoteles tidak percaya dengan adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta. Sementara soal Lenin, ia berujar, ide Karl Marx terlalu halus. Itu sebabnya, dikembangkan lagi oleh Vladimir Ilich Lenin.

Editor: Dimas Rizky

  • tragedi65
  • simposium tandingan
  • Kiki Syahnakri

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!