HEADLINE

Rupiah Tembus Rp14.100, Menko Darmin: BI Sedang Mengkaji

Rupiah Tembus Rp14.100, Menko Darmin: BI Sedang Mengkaji

KBR, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menganggap kondisi perekonomian masih terkendali, kendati nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS--yang menurut data Bloomberg--sore ini menembus Rp14.105.

"Tentu orang kaget-kaget juga, tetapi kan orang akan lihat situasinya baik terkendali kok. Kecuali kemudian ada perlawanan bersenjata, boleh orang risau," kata Darmin di komplek Istana Kepresidenan, Rabu (16/5/2018).

"Tapi kalau yang begini ini, market itu sudah tahu bahwa hal ini muncul, ya diselesaikan. (Pandangan lembaga pemeringkat bagaimana?) Nggak, mereka lebih mengerti lagi. Tetapi saya berharap Bank Indonesia akan me-review suku bunga," tambahnya lagi.

Darmin mengatakan, Bank Indonesia tengah mengkaji pelemahan nilai tukar rupiah tersebut, dan segera memutuskan kebijakan suku bunga acuan 7 Days Repo Reverse Rate. Ia meyakini, pelemahan rupiah tak berkaitan dengan teror bom di Surabaya.

Kata dia, pelemahan rupiah tersebut juga tak sampai menyebabkan investor kabur atau, peringkat investasi Indonesia anjlok. Menurut Darmin, investor maupun lembaga pemeringkat investasi sangat memahami pelemahan Rupiah terjadi akibat faktor eksternal. Utamanya, rencana pengetatan moneter Bank Sentral AS. Apalagi, kata dia, pelemahan mata uang juga terjadi di banyak negara di dunia.

Darmin yang juga bekas Gubernur BI tersebut mengatakan, gubernur dan deputi gubernur BI pasti telah menyiapkan strategi untuk mengendalikan pelemahan Rupiah. Menurut Darmin, mereka juga akan menentukan untuk menaikkan atau menahan suku bunga acuan 7 Days Repo Reverse Rate, yang kini di level 4,25 persen.

Namun begitu, Darmin enggan berkomentar soal harapan banyak ekonom agar suku bunga BI naik 25 basis poin menjadi 4,5 persen, pada Rapat Dewan Gubernur 16-17 Mei 2018 ini.

Tren pelemahan rupiah terjadi sejak beberapa hari lalu. Selasa (15/5/2018) kemarin, perdagangan mata uang Rupiah tercatat Rp14.037 per Dolar AS. Sedangkan pada pembukaan pasar Rabu (16/5/2018) pagi, Rupiah melemah di level Rp14.070, dan kembali terdepresiasi saat penutupan perdagangan hingga menyentuh angka Rp14.108.

Baca juga:


Isu Teror dan Investasi

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan kasus teror bom di Surabaya tak banyak memengaruhi masuknya investasi ke dalam negeri.

Menurut Bhima, kecenderungan dampak teror beberapa tahun belakangan ini jauh berbeda dibanding saat bom Bali pada 2002 dan bom JW Marroit pada 2003. Selain itu, kata dia optimisme investor juga disebabkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada 2017 yang jauh di atas rata-rata nasional.

"Ada perbedaan tingkat ancaman dan kegaduhan yang menakutkan investor itu berkurang. Kalau dulu targetnya banyak warga asing, sekarang berpindah targetnya ke warga lokal dan aparat keamanan, dan isunya sangat terlokalisir. Dampak kepada investasi ada, tapi sifatnya sangat temporer dan kecil," kata Bhima kepada KBR, Minggu (13/5/2018).

Meski menyebut dampak teror bom di Surabaya kecil, Bhima tetap mewaspadai investasi di sektor pariwisata yang bisa tertekan. Sepert pada usaha restoran dan hotel. Selain itu menurutnya jual-beli properti di sekitar lokasi pengeboman pun boleh jadi sedikit rawan.

Namun menurutnya, yang lebih mempengaruhi investasi ke Indonesia justri adalah faktor global. Seperti rencana pengetatan moneter Bank Sentral AS dan isu perang dagang antarnegara. 

Bhima meyakini, investor akan tetap percaya diri menanamkan modal ke Indonesia, lantaran ekonomi masih terjaga di angka 5 persen. Bahkan di Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 lalu tercatat 5,4 persen--jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 5,1 persen.

Ia lantas merinci, pada bom Bali 1 tahun 2002, indeks harga saham gabungan (IHSG) tercatat anjlok 10,36 persen, sedangkan Rupiah terdepresiasi 3,63 persen. Sementara itu, akibat kerusuhan di Mako Brimob pekan lalu, IHSG justru menguat 0,83 persen ke level 5.956,83 dan, Rupiah menguat 0,88 persen menjadi Rp13.960 per Dolar AS.

Baca juga:




Editor: Nurika Manan
  • rupiah melemah
  • Rupiah
  • pelemahan rupiah
  • fluktuasi rupiah
  • Menko Perekonomian Darmin
  • Darmin Nasution
  • Indef
  • ekonomi
  • investor

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!