HEADLINE

Pak Jokowi! Laut Biarlah Laut, Tanah Biarlah Tanah

Pak Jokowi! Laut Biarlah Laut, Tanah Biarlah Tanah

KBR, Jakarta - Kartini Rembang, Jawa Tengah kembali menggelar aksi di depan Istana Kepresidenan, Selasa, 12 April 2016. Sembilan ibu Pegunungan Kendeng itu akan menyemen kedua kaki sebagai simbol belenggu pembangunan pabrik semen terhadap lahan pertanian, sumber penghidupan mereka.

"Semen membelenggu Indonesia, membelenggu ibu bumi, membelenggu tanah kami. Karena kan alam itu ibu bumi. Kalau orang jawa itu bumi diibaratkan ibu kami. Dia mau dipipisi, mau di-eeki, mau kena duri, dia diam saja. Seorang ibu kan walaupun anaknya rewel kan tetap dirawat, dia  nggak pernah bosen. Makanya alam sebagai simbol ibu bumi ini mau dirusak sama pabrik semen," ujar Sukinah, salah satu Kartini Rembang kepada KBR, Selasa, 11 April 2016.

Sukinah, salah satu ibu bertekad untuk bertahan di depan istana hingga berhasil menemui Presiden Joko Widodo. "Sampai kami itu bisa bertemu. Sampai kami bisa mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini kami harapkan dari Pak Jokowi. Soalnya dulu itu orang-orang yang menolak adanya pertambangan atau pabrik yang merusak itu kan rata-rata memilih Jokowi. Sedangkan yang protambang itu milih Prabowo. Jadi aku berharap Pak Jokowi masih memikirkan orang kecil," imbuhnya.

Ide Semen Kaki Murni Keinginan Ibu-ibu

Sebelum menggelar aksi, sembilan perempuan ini telah menyiapkan mental dan fisik. "Alhamdulillah, kami kan orang tani itu kan setiap hari kerja kayak gitu. Jadi fisik kita sehat. Apalagi rohani, mental kami sudah siap. Selama ini membuat bumi tetap lestari. Aku siap. Semuanya aku siap," teguhnya.

Ide dan keinginan menyemen kaki, kata dia, murni datang dari para ibu. Sebab berbagai upaya sebelumnya tak mengubah kebijakan pembangunan pabrik semen. Mulai dari beragam aksi protes, 664 hari membangun tenda perlawanan pendirian pabrik semen, hingga langkah hukum.

Melalui aksi ini, ia berharap Presiden Jokowi tergugah untuk kemudian menemui dirinya dan delapan ibu lain. "Ingin dengar dari mulut pak Jokowi sendiri. Jadi semoga pak Jokowi bisa terbuka hatinya. Melihat ibu-ibu. Yang laut biarlah laut, yang tanah biarlah tanah, yang pegunungan biarlah menjadi pegunungan. Bertani kan harus ada tanah, harus ada air. Kalau ada air nggak ada tanah kan nggak bisa bertani. Ada tanah nggak ada air, kan nggak produktif, harus seimbang" kata dia.

Jika Pengadilan Negara Tak Jalan, Ada Pengadilan Alam Semesta

Sukinah takkan patah arang meski berbagai perlawanan dan aksinya ini belum tentu membuahkan hasil. "Berhasil atau nggak, yang penting maju dulu, usaha dulu. Kalau pengadilan negara tidak jalan, aku percaya selalu ada pengadilan hakiki, pengadilan alam semesta," kata Sukinah di sela istirahatnya untuk persiapan aksi hari ini.

Sebelumnya, Kartini Pegunungan Kendeng ini juga pernah menggelar aksi di depan Istana. Setahun yang lalu, mereka menolak pendirian pabrik semen dengan menabuh alu pada lesung di depan simbol kenegaraan.

"(Kalau sudah ketemu Pak Jokowi, mau ngomong apa?) Ya kami akan memohon supaya pabrik semen itu tidak jadi. Jangan sampai tanah Indonesia itu jadi korban, soalnya tanah kita kan subur, harusnya dikelola baik bukannya dirusak. Jadi yang bisanya bertani ya biar bertani, yang bisa nulis ya nulis, kalau bisanya mencari ikan di laut ya biar apa adanya begitu. Jangan sampai yang di darat dan laut itu dirusak," pungkasnya.


Editor: Damar Fery Ardiyan

  • pabrik semen
  • jaringan masyarakat peduli pegunungan kendeng
  • presiden joko widodo
  • Kartini Rembang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!