OPINI

Menjaga Laut

Demo tolak reklamasi Teluk Benoa, Bali.

Ribuan warga adat Bali kemarin, untuk kesekian kalinya, berunjukrasa menolak reklamasi Teluk Benoa. Aksi dilakukan bertepatan dengan digelarnya acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelautan Dunia. Para pengunjukrasa ingin menunjukkan pada tamu-tamu dari mancanegara bagaimana warga  adat memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga lautnya. Tak boleh kepentingan pemodal didahulukan dengan akibat rusaknya lingkungan.

Para pengunjukrasa yang tergabung dalam Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) berharap pertemuan dunia itu bisa digunakan untuk menjaga laut. Mereka kuatir pertemuan akan didominasi kepentingan investor di bisnis kelautan.  Apalagi dengan investasi yang merusak lingkungan pesisir semacam reklamasi. Warga ingin laut dijaga tanpa agenda tersembunyi atau kepentingan keserakahan pemodal lainnya.


Itu sebab para pengunjukrasa juga menuntut Presiden Joko Widodo mencabut Peraturan Presiden yang dikeluarkan Susilo Bambang Yudhoyono di akhir masa jabatannya.  Perpres 51 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianjar, dan Tabanan (Sarbagita) itulah yang jadi dasar hukum reklamasi. Ini adalah Perpres revisi atas aturan sebelumnya yang menyatakan kawasan Teluk Benoa masuk dalam areal konservasi perairan.


Pemerintah sepatutnya mendengarkan dengan saksama teriakan warga adat, juga pegiat lingkungan. Seperti yang sudah kerap terjadi dalam konflik serupa di tempat lain, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dilakukan untuk mencari pembenaran.  Izin yang keluar jadi pembolehan negara bagi pemodal  untuk merusak lingkungan. Nekat melawan, siap-siap dikriminalkan.


Jokowi mesti berani memutus lingkaran keserakahan itu. Berikan bukti pada para tamu mancanegara yang  hadir dalam KTT Kelautan dunia, bahwa Indonesia sungguh-sungguh menjaga kelestarian lingkungan lautnya.

  • AMDAL
  • Reklamasi Teluk Benoa
  • KTT Kelautan Dunia
  • Bali
  • Presiden Jokowi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!