HEADLINE

Diancam, Penghuni Pesantren Waria di Yogyakarta Mengungsi

Diancam, Penghuni Pesantren Waria di Yogyakarta Mengungsi

KBR, Yogyakarta- Puluhan anggota Front Jihad Islam (FJI) mendatangi Pondok Pesantren waria Al Fatah yang terletak di desa Jagalan kampung Celeman Kotagede Yogyakarta. Komandan FJI Yogyakarta Abdurohman mengatakan, mereka ingin melakukan klarifikasi tentang  ajaran dan tujuan berdirinya Ponpes.  Menurut FJI , ponpes tersebut mengajarkan ajaran terlarang yaitu fiqih waria.

"Kami datang ke sini untuk melakukan klarifikasi. Karena berdasarkan investigasi yang dilakukan kelompok kami, ponpes tersebut melakukan fiqih waria. Selain itu Ponpes itu (Al Fatah) juga apakah untuk membina mereka bertobat atau berlindung," ujar Komandan FJI Yogyakarta Abdurohman, Jumat (19/02) .


Namun saat kedatangan FJI, anggota ponpes telah dievakuasi ke sejumlah tempat yaitu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogya.


Menjawab tudingan FJI adanya fiqih waria, dan ponpes tersebut, pemimpin Ponpes Waria Al Fatah Shinta Ratri mengatakan, bahwa ponpes yang telah berdiri lebih dari 5 tahun tersebut, tidak pernah mengajarkan fiqih waria. Shinta mengatakan bahwa ponpes tersebut mengajarkan ajaran Islam yang tidak menyimpang.

"Di sini hanya ada ruang untuk belajar Al Quran dan Sholat, jadi yang dituduhkan juga tidak ada," ujar pemimpin Ponpes Waria Al Fatah Shinta Ratri.

Setelah ancaman dan kedatangan FJI hari ini, Ponpes Al Fatah akan tetap menjalan aktivitas seperti semula.

"Kami tetap akan menjalan rutinitas kami. Karena dari Pak Dukuh dan Pak RT sudah menjamin keselamatan kami," pungkasnya.


Editor: Rony Sitanggang

  • LGBT
  • pesantren waria
  • Komandan FJI Yogyakarta Abdurohman
  • pemimpin Ponpes Waria Al Fatah Shinta Tri
  • Toleransi
  • petatoleransi_34Daerah Istimewa Yogyakarta_merah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!