BERITA

Sebut Bahasa Inggris Diambil dari Bahasa Arab, Akun Twitter ini Tuai Kecaman

"Akibat pernyataan kontroversial yang mengundang cemooh itu, akun mahasiswa @IIUMsterdam yang sudah terverifikasi itu lantas ditutup. "

Sebut Bahasa Inggris Diambil dari Bahasa Arab, Akun Twitter ini Tuai Kecaman

KBR, Jakarta - Gara-gara berkicau "Semua kata bahasa Inggris diambil dari bahasa Arab. Inggris takda Sejarah", seorang mahasiswa pemilik akun @IIUMsterdam menjadi olok-olok di media sosial Twitter.


Kicauan itu diposting pemilik akun itu pada 3 Januari 2017. Akibat pernyataan kontroversial yang mengundang cemooh itu, akun yang mengaku sebagai akun resmi International Islamic University Malaysia (IIUM) sejak Februari 2013 itu pun lantas ditutup.


Kicauan itu segera mendapat kecaman berbagai pihak. Pemilik akun dengan jumlah pengikut 1,500 orang itu kebanjiran kritikan.


Pemilik akun itu berdalih kicauannya itu berdasar buku "Malayonesia Kerdipan Bintang Melayu Di Langit Melayu", tulisan seorang profesor matematika, Prof Madya Dr. Mat Rofa Ismail.


"Mengapa percaya seorang profesor matematika menulis tentang sejarah bahasa?" tanya seorang nettizen. Pemilik itu menjawab, "Prof Mat Rofa pun sangat menguasai bidang metafisika."


"Bro, jangan sebut itu kajian, kalau hanya gunakan satu sumber. Untuk membuat paper pun minimal menggunakan delapan sumber," tulis pemilik akun @MubinIkki.


"Mengapa mengagung-agungkan satu bahasa? Semua bahasa saling mempengaruhi satu sama lain," tulis pemilik akun @danieleskay.


"Perbanyaklah lagi riset kau dengan lebih dari satu buku. Satu buku saja belum memadai untuk kategori kajian," tulis pemilik akun @zlkafdhln.


Erna Mahyuni kolumnis negeri jiran menulis kritiknya di themalaymailonline.com. Ia menilai pernyataan pemilik akun tersebut menyebarkan kebodohan. Ia juga khawatir perguruan tinggi turut membuat mahasiswa di kampus itu menjadi bodoh.


Buku "Malayonesia Kerdipan Bintang Melayu Di Langit Melayu" diterbitkan setahun silam. Di situs jual beli daring, buku setebal 680 halaman  itu dijual seharga  RM51.30 atau setara Rp152 ribu. Buku yang mengundang kontroversi  itu mengajak  pembaca memahami  Melayu melalui geografi, penduduk, iklim, penjajahan dan pembebasannya.


Editor: Agus Luqman 

  • Buku Malayonesia Kerdipan Bintang Melayu Di Langit Melayu
  • Prof. Madya Dr. Mat Rofa Ismail

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!